Senin, 10 Desember 2018

Dinasti Turki Ustmani

Assalamualaikum sahabt blogger miracle of islam 😊, kembali lagi bersama admin yang akan membahas seputar dinasti-dinasti islam yang pernah berdiri di dunia. Tentunya kalian semua sudah tidak sabar bukan? Hehehe, untuk itu mari kita lihat postingan admin berikut ini.

Sebelum admin membeberkan dinasti yang bakal admin posting pada kali ini, admin ingin bertanya terlebih dahulu kepada kalian mengenai salah satu judul film yang baru beberapa hari ini admin tonton. Film apakah itu? Film yang admin tonton berjudul Al-Fatih 1453. Film ini berkaitan langsung loh dengan dinasti yang akan kita bahas, yakni Dinasti Turki Ustmani atau Ottoman yang terletak di Turki. Perlu diketahui bahwa Al-Fatih sendiri merupakan salah satu Khalifah atau raja yang pernah memimpin dinasti Ustmani Turki. Kepempimpinan Al-Fatih sudah diberitakan oleh Rasulullah SAW kurang lebih 800 tahun sebelum kelahiran Al-Fatih. Dimana Rasulullah SAW mengatakan 

“Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan, dan sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin pasukan (yang menaklukannya) itu dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan itu.”

Sungguh menarik bukan? Untuk itu mari kita bahas secara tuntas tentang dinasti Turki Utsmani.

Sesuai dengan namanya, dinasti Turki Utsmani merupakan dinasti yang pusat pemerintahannya di Istanbul, Turki. Perlu diketahui bahwa dinasti ini mempunyai wilayah kekuasaan paling luas. Wilayah kekuasaan dinasti Turki Utsmani meliputi sebagian Asia, Afrika dan Eropoa. Selain itu pula Dinasti Utsmani merupakan satu di antara tiga dinasti Islam yang besar pada abad Pertengahan, selain Dinasti Safawi di Persia yang terletak di Iran Dinasti Mughal di India sebagaimana yang telah admin bahas pada artikel admin sebelumnya. Dalam sejarah Islam, periode itu disebut juga Masa Tiga Kerajaan Besar. Dari ketiganya, Turki Usmani adalah yang terbesar dan terlama, dikenal juga dengan imperium islam. Dinasti Utsmani menjadi negara besar setelah berhasil menaklukan Bizantium (856 H/1453 M) dan berkuasa lebih dari 6 abad.

Mungkin bagi sebagian besar pembaca artikel di miracle of islam telah membaca tentang dinasti Turki Saljuk bukan? Hal ini menjadi sebuah prestasi besar bagi bangsa Turki karena berhasil membuat atau mendirikan dua dinasti Islam yang terkenal yakni dinasti Turki Saljuk dan dinasti Turki Utsmani. 

Perlu kalian ketahui bahwa Turki merupakan nama dari sebuah suku. Suku ini hidup secara nomaden atau berpindah-pindah layaknya bangsa Mongol. Akan tetapi pada saat perkembangan periode Islam, mereka dikalahkan oleh bangsa Tartar. Sehingga mereka pindah ke barat hingga di tepi Laut Tengah (kini dikenal dengan sebutan Anatolia). Di sebelah selatan daerah ini terdapat suku bangsa Arab. Mereka bersentuhan dengan masyarakat Arab yang telah beragama Islam. Dengan komunikasi tersebut mereka mulai memeluk agama Islam sekitar abad ke-9. Suku Turki dikenal sebagai ahli perang, pintar berdiplomasi, dan akhirnya dengan waktu yang relatif singkat menjadi sebuah kekuatan politik yang besar.
Suku Turki juga terbagi dalam berbagai suku. Diantara suku-suku tersebut, terdapat sebuah suku yang bernama suku Oghuz. Suku ini terbagi menjadi 24 sub-suku. Dari salah satu sub-suku tersebut nantinya lahirlah sultan pertama dinasti Turki Usmani, yakni Usman.

Pada saat bangsa Mongol dan Kristen memerangi dunia Islam, bangsa Turki muncul sebagai pelindung Islam, bahkan mereka membawa panji Islam hingga ke tengah-tengah daratan Eropa.

Pada abad ke-13 M saat Jengis Khan mengusir orang-orang Turki dari Khurasan dan sekitarnya, Sulaiman Syah (kakek dari Usman) bersama pengikutnya kemudian bermukim di Asia kecil. Sulaiman mempunyai empat orang putra, yaitu Shunkur, Gundogdur, Al-thugril , dan Dun Dar. Kemudian Sulaiman Syah dan pengikutnya berpindah lagi ke Syam (Asia kecil). Dalam perjalanan menuju Syam tersebut Sulaiman Syah meninggal karena tenggelam di sungai Eufrat. Karena kecelakaan tersebut rombongan itu terpecah menjadi dua, sebagian kembali ke daerah asalnya yang dipimpin oleh dua putra Sulaiman yang pertama. Sementara rombongan yang kedua, yang di dalamnya terdapat dua putra Sulaiman yang terakhir, melanjutkan perjalanan ke Syam. Rombongan yang melanjutkan perjalanan ini dipimpin oleh Al-thugril. Akhirnya mereka berhasil mendekati Sultan Saljuk yang bernama Sultan Alauddin II di Kunia.

Ketika Saljuk diserang Byzantium, Al-thugril membantu Sultan Alauddin II sehingga berhasil mematahkan serangan Byzantium. Sebagai balas jasa, Sultan Alauddin memberikan daerah Iski Shahr dan sekitarnya (wilayah yang berbatasan dengan Byzantium) kepada Al-thugril. Mereka terus membina wilayah tersebut dan akhirnya memilih Syukud sebagai ibukota. Di sanalah lahir putranya yang pertama yaitu Usman. Pada 1258 M Al-thugril meninggal dunia. Selanjutnya Usman mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan, Maka berdirilah dinasti Turki Usmani. Usman memindahkan Ibu kota ke Yeniy. Pada 1300 M Sultan Alaudin meninggal, maka Usman mengumumkan diri sebagai Sultan yang berdaulat penuh, ia mengkampanyekan dirinya dengan mencetak mata uang dan pembacaan khutbah atas nama dirinya. Kekuatan militer yang dimiliki oleh Usman menjadi benteng pertahanan bagi kerajaan-kerajaan kecil dari serangan Mongol. Dengan demikian secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi.

Sabtu, 10 November 2018

Timur Lenk Part II


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Apa kabar sahabat blogger miracle islam? Admin mendo’akan semoga para pembaca blog miracle islam dalam keadaan sehat wal’afiat. Aamiin. Pada postingan sebelumnya admin telah membahas Timur Lenk, pada kesempatan kali ini admin akan membahas lebih lanjut mengenai Timur Lenk. Pasti kalian tidak sabar bukan? Mari kita simak pembahasan berikut ini. J

Setelah berhasil menaklukan dinasti Utsmani Turki pada tahun 1402H, Timur Lenk memiliki ambisi terakhir yaitu ingin menaklukan daratan Cina. Timur Lenk beranggapan bahwa dengan menaklukkan negeri Cina, ia dapat menganggap dirinya sebagai penakluk terbesar yang mampu menundukkan kekuatan paling besar di dunia. Dengan membawa seperempat juta prajurit, ia menyerbu Cina. Pada saat penyerangan ke daratan Cina kebetulan pada saat itu musim dingin sedang mencapai puncaknya. Meski demikian. Ia maju terus. Pasukan Tartar itu tiba di Ortar dengan selamat untuk beristirahat selama musim dingin yang menggigit. Sesudah musim dingin reda, Timur Lenk bermaksud melanjutkan penyerbuan. Akan tetapi sayang pada bulan Maret 1405 H, ia meninggal dunia di usia 71 tahun. Perlu diketahui bahwa makam Timur Lenk terletak di Sammarkand, Uzbekistan. Kebanyakan orang menyakini bahwa makam Timur Lenk membawa kutukan. Hal ini sebabkan pada tahun 1941 Joseph Stalin memerintahkan untuk membuka makam tersebut. Ternyata, di dalam makam terdapat tulisan,

“Ketika aku bangkit dari kematian, dunia akan bergetar” dan, “Siapapun yang mengganggu makamku akan ada seorang penjajah yang lebih mengerikan daripada aku.”

makam Timur Lenk


Meski begitu, makam tetap dibongkar dan mayatnya dikirim ke Moskow. Tepat 2 hari kemudian, Nazi Jerman ternyata menyerang Uni Soviet pada 22 Juni 1941. Setelah beberapa kali mengalami kekalahan, Stalin akhirnya memerintahkan Timur dikembalikan ke makamnya dengan upacara penguburan secara Islam. Ketika Timur sudah kembali ke makamnya, Jerman akhirnya menyerah dan Uni Soviet memenangkan pertempuran. Dengan meninggalnya Timur Lenk Penyerbuan ke Cina pun diurungkan. Pasukan Tartar pun dengan serta merta menyerah kepada Kekaisaran Cina.
Sebagaimana hal pada umunya, Begitu ada seorang pemimpin besar yang memiliki kekuasaan yang sangat besar, terjadilah perebutan kekuasaan diantara anak-anaknya, yaitu: Muhammad Jehanekir dan Khalil. Mereka berdua pun bertempur satu sama lain. Setelah bertempur hebat Khalil menang. Akan tetapi masa kepepimpinannya tidak bertahan lama. Hal ini dikarenakan pada tahun 1405-1447 ia dikudeta oleh saudaranya yang lain, yaitu Syekh Rukh. Syekh Rukh dan anaknya Ulugh Bey (1447-1449), memerintah negeri Tartar dengan cukup bijak. Ilmu pengetahuan kembali berkembang. Namun tidak lama kemudian, pada tahun 1469 kekuasaan keluarga Timur Lenk itupun ambruk.
Timur Lenk sesungguhnya bukan hanya seorang Kaisar penakluk kawasan yang luas di Asia dan Eropa, melainkan juga seorang pemimpin yang cinta ilmu, seni dan kebudayaan. Ia menyemarakkan kota asalnya, Samarkand dengan Istana, gedung dan Taman-Taman yang megah dan indah, dengan jalan-jalan yang lebar. Ia juga membangun sebuah masjid raya hanya dalam waktu sebulan sebagai pusat ilmu dan kebudayaan. Ia pun mengembangkan gaya arsitektur baru dengan selera tinggi.
Ketika itu, bisnis dan perdagangan juga berkembang pesat. Samarkand dan Tabriz menjelma menjadi pusat perdagangan besar di dunia Timur. Rute perdagangan antar benua yang telah diblokir selama ratusan tahun dibuka kembali. Timur Lenk juga mengentaskan orang-orang miskin. Ia mendirikan rumah-rumah sederhana untuk menampung orang-orang cacat dan lemah. Wilayah kekuasaannya juga dibersihkan dari perampok dan pencuri. Para Hakim dan Komandan tentara bertanggung jawab terhadap keamanan di daerah masing-masing. Meski dikenal sebagai pemimpin besar, Timur Leng adalah orang yang sangat sederhana, dan suka berterus terang. Ia sangat tidak menyukai sikap sombong, kebiasaan pesta pora. Ia tidak pernah memakai gelar kebesaran sebagai Kaisar.
Timur Lenk menjadi sosok yang kompleks di dunia. Bangsa Eropa menyanjungnya karena berhasil mengalahkan Ottoman Turki yang saat itu sedang menyerang Eropa Timur. Kota-kota di Asia Tengah juga berkembang di bawah kepemimpinannya dan ia dianggap sebagai pemersatu negara-negara Islam yang belum pernah bisa dicapai oleh raja-raja sebelumnya.
Meski begitu, beberapa negara Eropa lain juga menganggapnya sebagai ancaman. Apalagi ia memiliki ambisi yang begitu besar untuk terus memperluas wilayahnya. Kota lain seperti Baghdad, Damaskus, Delhi, Georgia, Persia, dan kota-kota Arab serta India lainnya justru membencinya dan dianggap sebagai orang yang kejam.

Rabu, 10 Oktober 2018

Timur Lenk Part I



Assalamualaikum sahabat bloger miracle islam, kembali lagi bersama admin yang akan membahas seputar dinasti-dinasti islam yang pernah berdiri di dunia. Pada kesempatan kali ini, admin tidak akan membahas tentang dinasti islam loh. Akan tetapi , kali ini admin akan membahas tentang biografi seorang raja yang berasal dari Dinasti Timuriah yakni Timur Lenk. Mungkin kalian bertanya-tanya ,engapa admin akan membahas Timur Lenk bukan? Untuk mengetahui alasannya, mari simak pembahasan admin berikut ini J
Pada postingan admin sebelumnya, kita telah membahas secara umum mengenai sejarah berdirinya Dinasti Mughal India. Di artikel tersebut, kita mengetahui bahwa raja-raja yang berasal dari daerah Asia Tengah yang merupakan keturunan dari Timur Lenk. Nah siapakah sosok Timur Lenk ini? Timur Lenk dilahirkan pada tanggal 25 Sya'ban 736 H (8 April 1336 M) di daerah yang bernama Kesh (kini bernama Shahr-i-Sabz, 'kota hijau'), yang terletak sekitar 50 mil di sebelah selatan kota Samarkand di Uzbekistan. Nama Timur Lenk memilik arti Timur si Pincang, karena kaki kirinya yang pincang sejak lahir. Timur Lenk adalah seorang penakluk dan penguasa keturunan Turki-Mongol dari wilayah Asia Tengah. Ayahnya bernama Taragai, kepala suku Barlas, keturunan Karachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putera Jengis Khan. Suku Barlas mengikuti Jagatai mengembara ke arah barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gebernur Kesh. Keluarganya mengaku keturunan Jengis Khan sendiri. Ketika ayahnya wafat, Timur bergabung dengan pasukan Gubernur Transoxiana, Amir Qaghazan, sampai gubernur itu meninggal. Timur lalu bergabung sebagai tentara pada penguasa lokal, Amir Husein. Pada 1360 M, Timur telah menjadi seorang pemimpin militer termasyhur. Timur dikenal sebagai komandan yang gigih dalam mempertahankan wilayahnya dari ancaman Tughluq Timur Khan, penguasa Dinasti Chagatai.








Timur Lenk

Serbuan pasukan Tughluq Timur Khan melambungkan nama Timur Lenk. Ketangguhan dan kehebatannya membuat penguasa Dinasti Chagatai terkesan. Ia direkrut Tughluq menjadi pasukannya, namun kemudian memberontak setelah Tugluq mengangkat anaknya, Ilyas Khoja sebagai Gubernur Samarkand dan hanya menjadikan Timur sebagai wazir. Timur melakukan pemberontakan bersama dengan Amir Husain cucu Qaghazan, Tughulq dan Ilyas Khoja tewas dalam pertempuran. Kemudian Timur malah membunuh Amir Husain yang juga iparnya sendiri. Pada 10 April 1370, ia mengangkat dirinya sebagai penguasa tunggal. Semboyan Timur Lenk yaitu:

"Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di alam ini, maka di bumi seharusnya hanya ada satu raja."
Perlu diketahui bahwa Timur Lenk juga merupakan keturunan dari Hulagu Khan, yang mana Hulagu Khan sendiri adalah seorang raja yang berasal dari dinasti Ilkhan di daaerah Mongol dimana cara hidup suku-suku di daerah Mongol adalah dengan cara nomaden (berpindah-pindah). Pada tahun 1258 M, Hulagu Khan bersama pasukannya berhasil menaklukan Baghdad dan menjatuhkan dinasti Abbasiyah.
Setelah kurang lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan, malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan itu dipimpin oleh Timur Lenk. Kehadiran Timur Lenk dianggap sebagai kekuatan baru pada masa itu dan juga memunculkan harapan baru bagi suku nomaden untuk meraih kembali kejayaannya sebagaimana yang pernah diraih oleh Genghis Khan. Perlu diketahui ketika Genghis Khan wafat, bangsa Mongol mengalami masa-masa kemunduran. Hal ini dikarenakan adanya perpecahan dan kekacauan yang berLenksung secara terus menerus antara dinasti-dinasti Mongol. Pada tahun 1365 M, datanglah Timur Lenk yang berhasil memantapkan kekuasaanya di daerah-daerah Mongol. Timur Lenk dengan cepat dapat menaklukan Dinasti Changtai, Dinasti Ilkhan dan Dinasti Golden Horde.
Pada tahun 1398 M dia dapat menaklukkan ééIndia dan membersihkan Delhi dari kekuasaan Dinasti Tuglaq. Setelah menyerang India, Tímúr Lenk mengarahkan penaklukannya ke Dinasti Utsmani. Pada saat itu Dinasti Utsmani dipimpin oleh Bayazid Yildrim, pemimpin Islam, yang sangat ditakuti oleh Eropa. Pada tahun 1402 M terjadi pertempuran yang menentukan di Angkara antara Tímúr Lenk dengan Bayazid Yildrim yang berakhir dengan kemenangan TímúrLenk. Pemerintahan Dinasti Tímúriah yang dibangun oleh Tímúr Lenk mendapat dukungan dari umat Islam terutama ulama, Syaikh al-Islam, serta para pemimpin tariqat berpengaruh, karena Tímúr memberi perhatian yang besar dalam penyebaran agama Islam. Sebagai bentuk dukungan, mereka ikut terlibat dalam pemerintahan. Beberapa ulama sering mendampingi Tímúr sebagai penasehat dalam ekspedisinya.

Minggu, 09 September 2018

Dinasti Mughal India


Assalamualaikum sahabat blogger miracle islam J, gimana kabar kalian pada hari ini?semoga dalam keadaan sehat wal ‘afiat ya. Seperti biasa admin akan kembali membahas dinasti-dinasti islam yang pernah berdiri. Dengan mengetahui sejarah-sejarah peradaban islam diharapkan kita mampu menambah wawasan, pemahaman serta ilmu yang insyallah akan bermanfaat bagi kita semua. Okey, pada bulan ini admin akan membahas tentang dinasti Mughal yang terletak di India. Mungkin kalian sudah tidak sabar bukan?mari kita simak pembahasan dibawah ini.

Pada postingan admin sebelumnya, admin telah mengatakan pada masa abad pertengahan terdapat tiga dinasti besar islam yang berdiri dan memiliki pengaruh yang cukup besar didunia. Ketiga dinasti itu adalah dinasti Turki Utsmani, Safawiyah dan yang terakhir adalah dinasti Mughal yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini. Dinasti Mughal merupakan dinasti Islam yang berkuasa di India pada abad ke-16 hingga abad ke-19. Perlu diketahu bahwa dinasti Muhgal memiliki peranan besar dalam pengembangan agama Islam di India, mulai dari arsitektur hingga sastra yang berkembang saat dinasti ini berkuasa di India. Selain itu dinasti Mughal memiliki beberapa daya tarik tersendiri yang menarik untuk kita bahas, mengapa demikian? Karena sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa India merupakan tempat lahirnya agama Hindu Buddha yang telah menjadi kepercayaan masyarakat setempat. Untuk itulah admin sangat tertarik membahas dinasti Mughal ini.
Peradaban Islam pada periode masa pertengahan merupakan peradaban yang dapat dikatakan sebagai peradaban yang agung. Hal itu dikarenakan pada periode tersebu tidak ada peradaban lain yang mampu menandingi kebesaran peradaban islam. Kejayaan Islam dapat dirasakan di berbagai belahan dunia, salah satunya adalah India. Pada postingan-postingan admin sebelumnya, di  India islam pernah mengalami masa kejayaannya. Hal ini terbukti dengan banyaknya dinasti-dinasti Islam yang pernah berdiri disana, misalnya saja Dinasti Mamluk yang berdiri pada tahun 1206-1290, kemudian Dinasti Khalji yang berdiri pada tahun 1206-1320, Dinasti Thuluq (1320-1413), dan beberapa dinasti lain. Akan tetapi, dari sekian banyak dinasti islam yang berdiri di India, terdapat dinasti yang paling menonjol yakni Dinasti Mughal.
Dinasti Mughal merupakan dinasti yang diperintah oleh raja-raja yang berasal dari daerah Asia Tengah, keturunan Timur Lenk. Timur Lenk adalah seorang muslim yang masih keturunan dari Genghis Khan. Sama seperti halnya Genghis Khan, Timur Lenk pada awalnya hanyalah seorang anak kepala suku kecill biasa. Akan tetapi dengan kecerdasan, kemampuan militer dan kepribadiannya yang keras, Timur Lenk mampu menaklukan kekaisaran yang membentang dari Rusia hingga India. Timur Lenk mengadakan ekspansi ke India tahun 1398 M. Namun pada saat itu Ia tidak berambisi menguasai India sepenuhnya, jadi Ia hanya mengangkat seorang gubernur untuk memimpin Multan, India.
Sementara generasi kelima dari Timur Lenk, yakni Zahiruddin Babur-lah yang berusaha ingin menguasai India secara menyeluruh. Awalnya ia menguasai Punjab, kemudian Delhi. Akan tetapi gerak ekspansinya sempat dihadang oleh Dinasti Lody. Akibat terjadinya krisis, dan pengkhianatan oleh Alam Khan, kepada Ibrahim Lodi dengan dibantu oleh Zahiruddin Babur, Alam berhasilkan meruntuhkan Pemerintahan keponakannya di Delhi setelah pertempuran dahsyat pada 21 Aril 1526 M yang disebut dengan Perang Panipat I. Pada perang tersebut Lody pun terbunuh dan Babur berhasil menguasai sebagian besar daerah di India Dengan demikian, berdirilah Dinasti Mughal di India.
Akan tetapi setelah berdirinya kerajaan Mughal, banyak raja-raja Hindu di seluruh India menyusun kekuatan untuk menyerang Zahiruddin Babur, begitu pula Afghanistan yang masih setia pada keluarga Lodi, namun semua usaha itu dapat dikalahkan oleh Zahiruddin Babur pada 1529 M. Setahun setelah mengalahkan usaha penyerangan yang dihimpun dari raja-raja Hindu dan Afghanistan, Zahiruddin Babur meninggal dunia. Kemudian kekuasaan dinasti Mughal diturunkan kepada anaknya yaitu Humayun.
Pada masa pemerintahan Humayyun (1530-1539M), ia selalu menghadapi pemberontakan-pemberontakan, salah satu diantaranya pemberontakan yang dilakukan oleh Bahadur Syah, akan tetapi hal itu dapat ditanggani olehnya. Pada tahun 1540 M, Humayyun melakukan pertempuran melawan Sher Khan di Kanauj. Pada pertempuran itu ia mengalami kekalahan yang membuatnya melarikan diri dan mengumpulkan kekuatan. Setelah 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi ia kembali untuk mengalahkan Sher Khan. Pada tahun 1556 M, Humayyun meninggal dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaan yang kemudian roda pemerintahan diberikan kepada anaknya yaitu Akbar I. Pada saat Akbar diangkat menjadi pemimpin dinasti Mughal ia masih berusia 14 tahun. Akan tetapi pada masan pemerintahannya, dinasti Mughal dapat mencapai masa gemilangnya.
Di awal pemerintahannya, Akbar menghadapi sisa-sisa keturunan Sher Khan yang berkuasa di Punjab, Himu penguasa Gwalior dan Agra yang berusaha menyerang Delhi pada 1556 M. akan tetapi Akbar dapat menguasai  dua kota kekuasaan Himu. Setelah Akbar beranjak dewasa ia menyingkirkan Bairam Khan. Pada saat Akbar masih kecil, Bairam Kham sempat diserahkan urusan pemerintahan olehnya.

Kemenangannya atas Bairam pada 1561 M, dilanjutkan dengan ekspansi wilayah sekiranya seperti, Ahmadnagar, Bengal, Chundar, Gujarat, Kashmir, dan Narhala. Wilayah yang luas itu diperintah dalam pemerintahan militeristik. Dalam pemerintahan ini, sultan adalah penguasa diktator, pemerintah daerah dipegang oleh sipar salar (kepala komandan), sedangkan subdistrik dipegang oleh faujdar(komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan militer. Pejabat-pejabat itu memang harus melalui latihan kemiliteran.
Akbar juga menerapkan apa yang dinamakan dengan politik sulakhul (toleransi universal) dengan ini, semua rakyat India dipandang sama, tidak dibedakan bedasarkan etnis dan agama.
Kemajuan pemerintahan Akbar I dapat dipertahankan oleh tiga raja setelahnya, yaitu Jehangir (1605-1628). Syah Jehan (1628-1658), dan Aurangzeb (1658-1707). Setelah mereka ini Dinasti Mughal ini tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.

Senin, 06 Agustus 2018

Dinasti Mamluk Mesir Part Periode Mamluk Bahri


Dinasti Mamluk Mesir Part II

Assalamualaikum sahabat blogger miracle islam J kembali lagi kita di blog yang membahas tentang sejarah peradaban islam di dunia. Pembahasan kali ini masih seputar dinasti Mamluk yang terdapat di Mesir. Yuk mari dilihat.
Pada postingan sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa dinasti Mamluk Mesir dibagi menjadi dua periode, yaitu: Periode Mamluk Bahri yang memerintah pada tahun 648 H -792 H/ 1250 M - 1389 M dan Periode Mamluk Burji yang memerintah pada tahun 792 H - 923 H/ 1389 M - 1517M. Pada postingan kali ini kita akan membahas terlebih dahulu tentang dinasti Mamluk pada periode Mamluk Bahri.
Periode Mamluk Bahri (648 H - 792 H/1250 M - 1389 M)
Nama Bahri pada periode Mamluk Bahri merupakan nama yang dinisbatkan pada sebuah tempat yang disediakan oleh Sultan Malik Shaleh Najmuddin Ayyub kepada para Mamluk. Tempat yang disediakan oleh Sultan Malik ini berada di sebuah pulau di tepi Sungai Nil, yaitu Pulau Raudhah. Perlu diketahui bahwa di pulau ini sudah dilengkapi dengan senjata, pusat pendidikan, dan latihan militer. Sejak saat itulah para Mamluk ini dikenal denga sebutan Al-Mamalik Al-Bahriyyah (para budak lautan). Sultan Malik Shaleh memiliki seorang istri yang bernama Syajar Ad-Dur. Setelah Sultan Malik Shaleh wafat pada pertempuran melawan pasukan Louis IX di Dimyath, Mesir, Syajar Ad-Dur mengambil alih kekuasaan menggantikan Sultan Malik Shaleh. Syajar Ad-Dur sengaja menyembunyikan kematian Sultan Malik Shaleh untuk menjaga semangat pasukan umat islam. Pada saat pengambil alihan kekuasaan, putra mahkota dari Sultan Malik Shaleh, Turansyah sedang berada di Syam. Akan tetapi setelah Turansyah tiba di Mesir untuk mengambil kekuasaannya, ia dibunuh oleh pengikut Syajar Ad-Dur. Hal inilah yang menjadi keunikan dari sejarah Dinasti Mamluk dimana adanya ambisi untuk menjadi Sultan dari seorang Mamluk wanita. Kepemimpinan Syajar Ad-Dur ini hanya berlangsung selama 80 hari.
Akan tetapi menurut sumber lain dikatakan bahwa setelah Sultan Al-Malik Shaleh meninggal (1249 M), anaknya Turansyah naik tahta menjadi Sultan menggantikan ayahnya. Dengan naiknya Turansyah menjadi Sultan membuat golongan mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat dengan tentara asal Kurdi. Akhirnya, pada tahun 1250 M, Mamalik di bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Setelah kejadian ini Syajar Ad-Dur yang juga berasal dari kaum Mamluk mengambil alih kekuasaan.Kekuasaannya berlangsung lebih kurang selama tiga bulan.
Berakhirnya kekuasaan Syajar Ad-Dur diakibatkan adanya teguran dari Khalifah Abbasiyah di Baghdad, yang mengatakan bahwa yang memerintah dalam roda pemerintahab adalah seorang pria dan bukan wanita. Karena ketidaksanggupan Syajar Ad-Dur untuk menolak perintah khalifah Abbasiya,  ia memutuskan untuk menikah dengan pria yang bernama Izzudin Aybak yang kemudian menggantikan dirinya menjadi Sultan. Tujuan pernikahan ini adalah agar Syajar Ad-Dur dapat menjalankan pemerintahan di belakang layar. Akan tetapi Izzudin Aybak mengkhianati Syajar Ad-Dur. Ia membunuh Syajar Ad-Dur untuk mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Setelah memegang penuh kendali pemerintahan, Izzudin Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa Ayyubiyah bernama Musa sebagai sultan syar’i (formalitas) di samping dirinya sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun, akhirnya Izzudin Aybak juga mambunuh Musa. Dengan terbunuhnya Musa menjadi tanda berakhirnya  di Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan menjadi awal berdirinya kekuasaan Dinasti Mamalik.
Izzudin Aybak resmi menjadi sultan pertama Dinasti Mamluk Bahri. Ia berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah Izzudin Aybak meninggal, anaknya yang bernama Ali menggantikan posisi ayahnya. Pada saat Ali naik tahta, umur Ali masihlah sangat muda. Untuk itulah setelah dua tahun berkuasa , Ali mengundurkan diri pada tahun 1259 M dan digantikan oleh wakilnya yang bernama Qutuz. Pada saat Qutuz naik tahta, Baybars yang mengasingkan diri ke Syiria, karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir. Hal ini dikarenakan pada awal tahun 1260 M, Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. Untuk itulah Baybars kembali ke Mesir untuk menghadapi tentara Mongol. Kedua kubu bertemu di Ain Jalut pada tanggal 13 September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz dan Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan ini membuat Mamalik menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya. Penguasa-penguasa Syiria segera menyatakan setia kepada penguasa Mamalik. Perang ini merupakan peristiwa besar dalam sejarah Islam dan merupakan kemenangan pertama kaum muslimin atas orang-orang Mongolia. Mereka berhasil menghancurkan mitos yang mengatakan bahwa tentara Mongol tidak pernah terkalahkan. Pusat kekhalifahan Islam yang pada awalnya terletak di kota Baghdad berpindah di Kota Kairo. Hal ini dikarenakan kota Baghdad telah hancur akibat serangan bangsa Mongol.
Pada saat pemerintahan Sultan Qutuz berhasil digulingkan oleh Baybars, kerajaan mamluk makin bertambah kuat. Hal ini ditunjukan dimana  Baybars mampu berkuasa selama tujuh belas tahun (657 H/1260 M- 676 H/ 1277 M) karena mendapat dukungan militer. Berikut ini adalah beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh Pemerintahan Baybars:
1.      Memmporak-porandakan tentara Salib di sepanjang Laut Tengah dan Pegunungan Syiria. Ia juga menaklukkan daerah Nubia (Sudan) dan sepanjang pantai Laut Merah.
2.      Menghidupkan kembali kekhalifahan Abbasiyah di Mesir setelah Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M. Baybar juga meminta legalitas dari khalifah atas kekuasaannya, untuk mendapatkan simpati rakyat Mesir sebagaimana Dinasti Ayyubiyah.
3.      Prestasi Baybars dalam bidang agama, ia adalah sultan Mesir pertama yang mengangkat empat orang hakim yang mewakili empat mazhab, ia juga mengatur keberangkatan haji secara sistematis dan permanen. Ia juga dikenal sebagai sultan yang shaleh dalam soal agama dan sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah.
4.      Di bidang diplomatik, Baybars menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang bershabat dan tidak membahayakan kekuasaannya. Ia memperbaharui hubungan Mesir dengan Konstantinopel, serta membuka hubungan Mesir dengan Sisilia. Selain itu ia juga menjalin ikatan perdamaian dan hubungan baik dengan Barke (Baraka) yang merupakan keponakan dari Hulagu Khan yang telah masuk Islam dan berkuasa di Golden Horde dan Kipchak (wilayah di bagian Barat kerajaan Mongol).
5.      Di bidang perekonomian dan perdagangan juga mengalami kemajuan pesat yang membawa kepada kemakmuran. Jalur perdagangan yang sudah dibangun sejak Dinasti Fathimiyah diperluas dengan membuka hubungan dagang dengan Italia dan Perancis. Kota Kairo menjadi kota penting dan strategis sebagai jalur perdagangan Asia Barat dan Laut Tengah dengan pihak Barat, dan menjadi lebih penting setelah jatuhnya Baghdad. Baybars dan beberapa sultan setelahnya memberikan kebebasan kepada petani untuk memasarkan hasil tani mereka. Hal ini mendorong mereka untuk meningkatkan hasil pertaniannya, sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Mesir. Bidang perhubungan darat dan laut juga menjadi lancer dengan membuat terusan-terusan, pelabuhan, dan meng hubungkan Kairo dan damaskus dengan layanan pos cepat. Pos cepat ini hanya memakan waktu empat hari dengan menggunakan beberapa ekor kuda yang tersedia pada setiap stasiun di sepanjang jalan. Selain pos dengan menggunakan kuda, juga ada pos cepat menggunakan burung merpati yang sudah ada sejak zaman Fathimiyah.
Pada masa pemerintahan Baybars, ilmu pengetahuan juga mengalami kemajuan pesat. Hal ini disebabkan jatuhnya Baghdad yang mengakibatkan sebagian ahli ilmu pengetahuan melarikan diri ke Mesir. Dengan demikian Mesir berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, melanjutkan perjuangan kota-kota Islam lainnya setelah dihancurkan oleh orang-orang Mongol. Di antara cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang ketika itu adalah sejarah, kedokteran, matematika, astronomi, dan ilmu agama.
Di bidang sejarah tercatat nama-nama beberapa pakar, antara lain Ibnu Khalikan, Ibnu Khaldun (penulis kitab al-‘Ibar), Abu Al-Fida’, Ibn Tagri Bardi Atabaki, Al-Maqrizi yang terkenal sebagai seorang penulis sejarah kedokteran.
Bidang ilmu kedokteran juga mengalami kemajuan dengan adanya penemuan-penemuan baru. Abu Hasan \Ali Nafis (w.1288) seorang kepala rumah sakit Kairo menemukan susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, tiga abad lebih dahulu dari Servetus (orang Portugis). Selain itu, juga terdapat tokoh-tokoh lain, seperti Nasiruddin At-Tusi (1201-1274) seorang ahli observatorium, dan Abu Faraj Tabari (1226-1286 M), ahli matematika.[9]
Di bidang seni arsitektur juga berkembang dengan baik. Para sultan berlomba mendirikan bangunan-bangunan monumental yang berseni tinggi. Bermunculanlah bangunan sekolah-sekolah, masjid-masjid yang indah dan megah. Bangunan-bangunan tersebut ada yang masih bisa kita saksikan hingga saat ini, seperti masjid Rifa’I dan masjid Sultan Hasan di Kairo. Mesjid ini sempat dikunjungi presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, ketika kunjungannya ke Mesir. Kita juga masih bisa saksikan salah satu bekas istana Mamalik di Maidan Abbasiyah Kairo, Mesir.
Pemerintahan Mamluk selanjutnya dipimpin oleh Bani Bibarisiyah. Diawali oleh Az-Zhahier Bibaris. Tapi tidak begitu banyak yang berarti kerajaan Mamluk di bawah kekuasaan Bani Bibaris. Di antara sultan Bani Bibarisiyah adalah Al-Mansur Qalawun (678 H-689 H/ 1280-1290 M) yang telah menyumbangkan jasanya dalam pengembangan administrasi pemerintah, perluasan hubungan luar negeri untuk memperkuat posisi Mesir dan Syam di jalur perdagangan internasional. Sultan Mamluk yang memiliki kejayaan dan prestasi lainnya dari garis Bani Qalawun adalah putra pengganti Qalawun, yaitu Nashir Muhammad (696 H/1296 M).
Masa setelah Bani Qalawun, tampuk pemerintahan Mamluk Bahri dipimpin oleh Mamluk keturunan Muhammad hingga Sembilan sultan. Sultan terakhir dari Dinasti Mamluk berasal dari Bani Sya’baniyah, Al-Shalih Hajj Assyraf bin Sya’ban sekitar tahun 791 H/1388 M. Ia digulingkan oleh sultan Barquq yang menjadi cikal bakal sultan pertama pada pemerintahan Mamluk Burji.[10]
Di antara peristiwa penting pada masa ini (pasca Qalawun) adalah sebagai berikut:
1.                   pada tahun 680 H/1281 M, Manshur Qalawun berhasil menghancurkan pasukan Tartar dengan sangat telak.
2.                  pada tahun 702 H/1312 M, An-Nashir Muhammad bin Qalawun berhasil menaklukkan kepulauan Arwad dan mengusir orang-orang Salibis dari sana.
3.                  pada tahun yang sama pasukan Tartar juga dikalahkan dengan sangat telak pada perang Syaqhat di dekat Damaskus, ikut dalam perang ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Selasa, 10 Juli 2018

Dinasti Mamluk Mesir




Assalamualaikum sahabat blogger miracle islam J, kembali lagi diblog ini yang akan membahas seputar dinasti-dinasti islam yang pernah berdiri didunia. Pada kesempatan kali ini, admin akan membahas tentang dinasti Mamluk. Hayoo, sahabat blogger miracle islam pasti bertanya-tanya mengapa admin membahas kembali dinasti Mamluk kan? Hehehe. Dinasti Mamluk yang akan admin bahas kali ini adalah dinasti Mamluk yang berada di Mesir. Sedangkan dinasti Mamluk yang pernah admin posting sebelumnya merupakan dinasti Mamluk yang berdiri di India. Untuk lebih jelasnya mari simak pembahasan berikut ini J



Dinasti Mamluk Mesir merupakan dinasti islam yang berdiri pada tahun 1250 M sampai dengan 1517 M. Sedangkan, dinasti Mamluk yang terletak di India, berdiri pada tahun 1206 M sampai dengan 1290 M. Terdapat kesamaan antara dinasti Mamluk Mesir dan India. Kedua dinasti tersebut sama-sama didirikan oleh para budak. Akan tetapi dinasti Mamluk yang terdapat di Mesir berdiri lebih lama dibandingkan dengan dinasti Mamluk yang berada di India yaitu berdiri lebih dari dua abad setengah. Sedangkan dinasti Mamluk India berdiri hanya kurang lebih delapan dasawarsa. Pada pembahasan kali ini akan dibahas lebih jauh mengenai Dinasti Mamluk di Mesir atau Daulat al-Atrak, dinasti yang  berdiri pada awal masa-masa kejatuhan umat Islam.

Seperti yang telah kita ketahui pada postingan admin tentang dinasti delhi part I, dinasti Mamluk merupakan dinasti yang didirikan oleh para budak, yang berasal dari berbagai suku dan bangsa menciptakan suatu tatanan oligarki militer di wilayah asing. Para sultan-budak ini menegaskan kekuasaan mereka atas wilayah Suriah-Mesir, yang ini sebelumnya dikuasai tentara Salib. Selama beberapa waktu mereka berhasil menahan laju serangan pasukan Mongol pimpinan Hulagu dan Timurlenk.

 Kata Mamluk adalah bentuk mufrad dari kata Mamalik dan Mamlukun yang berarti budak atau hamba yang dibeli dan dididik dengan sengaja agar menjadi tentara dan pegawai pemerintah. Seorang Mamluk berasal dari ibu bapak yang merdeka, bukan dari budak atau hamba sahaya. Berbeda dengan ‘abd, yang dilahirkan oleh ibu bapak yang juga berstatus sebagai hamba yang kemudian dijual. Perbedaan lain adalah Mamluk biasanya berkulit putih, sedangkan ‘abd berkulit hitam.

Sebagian Mamluk berasal dari Mesir, yaitu golongan budak yang dimiliki para sultan dan amir pada masa kesultanan Bani Ayyub. Para Mamluk Dinasti Ayyubiyah ini berasal dari Asia Kecil, Persia, Turkistan dan Asia Tengah. Mereka terdiri dari suku-suku bangsa Turki, Rusia, Kurdi, Syracuse dan bagian kecil dari bangsa Eropa. Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa Dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentaranya. Para Mamluk ini ditempatkan pada kelompok  tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir, al-Malik al-Shaleh, mereka dijadikan tentara dan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa ini mereka mendapatkan hak-hak istimewa, baik dalam imbalan materil maupun dalam hal ketentaraan.

Kerajaan Mamluk dibagi menjadi dua periode berdasarkan daerah asalnya. Golongan pertama disebut dengan Mamluk Bahri. Golongan pertama ini berasal dari kawasan Kipchak (Rusia Selatan), Mongol, dan Kurdi. Mereka ditempatkan di Pulau Raudhah di Sungai Nil. Di sinilah mereka menjalani latihan militer dan pelajaran keagamaan. Karena penempatan mereka inilah mereka dikenal dengan julukan Mamluk Bahri (budak lalut/air).

Golongan kedua dinamakan Mamluk Burji, yang berasal dari etnik Syracuse di wilayah Kaukakus. Dinamakan dengan istilah Burji karena Sultan Qala’un menempatkan semua pengawalnya di benteng (al-Burj) Kairo.[8] Golongan kedua inilah yang berhasil bertahan untuk berkuasa pada Dinasti Mamluk.

Proses Bedirinya Dinasti Mamluk
Dinasti Mamluk berdiri pada pertengahan abad ke-13 M. Kehadirannya memiliki hubungan dengan dinasti sebelumnya, yaitu dinasti Ayyubiyah. Hal ini terjadi karena orang-orang yang terlibat dalam proses pendirian dinasti Mamluk adalah budak-budak yang bekerja untuk dinasti Ayyubiyah. Kata Mamluk sendiri bermakna budak. Mereka pada awalnya adalah para tawanan penguasa dinasti Ayyubiyah yang dijadikan sebagai budak, kemudian para budak tersebut diberi pendidikan militer dan agama, untuk selanjutnya dijadikan sebagai tentaranya.

Tentara Dinasti Mamluk
Tentara Mamluk, pada umumnya berasal dari daerah Kaukasus dan Laut Kaspia. Di Mesir, mereka ditempatkan di pulau Raudhah di Sungai Nil untuk menjalani latihan militer dan keagamaan. Karena itulah, mereka dikenal dengan julukan Mamluk Bahri (Laut). Saingan mereka dalam ketentaraan pada masa itu adalah tentara yang berasal dari suku Kurdi.

Penguasa dinasti Ayyubiyah mengeluarkan suatu kebijakan dengan menempatkan budak-budak tersebut sebagai kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Pada masa Al-Malik Ash-Shaleh, ia menerapkan hubungan simbiosis mutualisme dengan mejadikan para tentara budak ini sebagai pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Sebagai imbalannya mereka mendapatkan hak-hak istimewa, baik dalam penghargaan yang bersifat materil maupun dalam karier kemiliteran.

Al-Malik Ash-Shaleh  melihat tentara Mamluk sebagai tentara yang setia dan telah menunjukan kemampuannya pada saat perang melawan tentara Salib dan saat bersaing dengan rival-rival politiknya. Karena sebab tersebut, loyalitas tentara Mamluk kemudian terpusat pada pribadi Al-Malik Ash-Shaleh, bukan kepada dinasti sebagai institusi. Kita dapat melihat tentara Mamluk lebih sebagai tentara pribadi daripada tentara militer sebuah dinasti.

Apabila ditelusuri lebih lanjut, berdirinya dinasti Mamluk berawal dari kekisruhan politik setelah wafatnya Al-Malik Ash-Shaleh, penguasa terakhir dari dinasti Ayyubiyah pada tahun 1249 M. Kemudian ia digantikan oleh anaknya yang bernama Turansyah, yang berasal dari istrinya yang notabene bersal dari suku Kurdi. Turansyah dianggap sebagai ancaman untuk masa depan mereka, hal ini dikarenakan Turansyah lebih memiliki kedekatan dengan tentara asal Kurdi daripada dengan mereka.

Pada tahun 1250 M, tentara Mamluk dibawah komando Aybak dan Baybars berupaya untuk melakukan kudeta politik melalui serangkaian perebutan kekuasaan, puncaknya mereka berhasil membuhu Turansyah. Istri Al-Malik, Syajarah Al-Dur, seorang yang juga berasal dari kalangan Budak Turki atau Armenia, ia berusaha untuk mengambil kendali pemerintahan, dengan menjadikan dirinya sebagai sultanah pertama, sesuai kesepakatan dengan golongan Mamluk.

Kepemimpinan Al-Dur berlangsung tiga bulan. Ketika para amir memilih kerabatnya, yang juga panglima utama kerajaan Izzudin Aybak sebagai sultan, ia kemudian memutuskan menikah dengan pemimpin Mamluk tersebut dan menyerahkan tampuk kekuasaan kepadanya sambil berharap dapat terus berkuasa di balik layar.

Selanjutnya untuk mengambil simpati keluarga Ayyubiyah, Aybak mengangkat seorang keturuan Ayyubiyah yang bernama Musa sebagai penguasa. Namun, Musa pada akhirnya dibunuh juga oleh Aybak. Dengan tewasnya Musa di tangan Aybak, keberadaan dinasti Ayyubiyah pun berakhir dan menandai awal dari kemunculan dinasti Mamluk.

Minggu, 10 Juni 2018

Dinasti Delhi Part II



Kesultanan Delhi Part II
Assalamualaiakum sahabat blog miracle of islam, kembali lagi di blog ini yang tiap bulannya akan membahas secara detail dinasti-dinasti islam yang pernah berdiri di dunia. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas kesultanan Delhi yang berdiri di India. Pada postingan sebelumnya, kita telah membahas Dinasti Islam pertama di India yaitu, Dinasti Mamluk. Pada kesempatan kali ini kita kan membahas dinasti Islam kedua di India yaitu, Dinasti  Khalji.  Dinasti Khalji; Akhir Supremasi Turki di India



Dinasti Khalji berasal dari nama Khalj, yang merupakan daerah pegunungan di Afganistan. Perlu diketahui bahwa beberapa abad sebelumnya orang-orang berkebangsaan Turki sudah menetap disana. Mereka sangat berjasa dalam Islamisasi di India. Kita telah mengetahui bawah sebelum berdirinya dinasti Khalji di India, Dinasti Mamluk sudah berdiri lebih awal dan berkuasa. Pada tahun 1287 M, Kaikobad diangkat menggantikan Balban yang merupakan sultan dari dinasti Mamluk, akan tetapi Kaikobad tidak mampu memangku kedudukannya sehingga ia hanya menjadi boneka pejabatnya. Sultan muda ini lebih suka berfoya-foya dan tidak berpengalaman dalam hal administrasi negara sehingga segera kehilangan semua kendali urusan negara. Melihat itu, para pembesar istana pun bersekongkol mengkudetanya lalu menggantikannya dengan putranya, Kaimus (1289 M) yang baru berusia tiga tahun, agar pemerintahan tidak keluar dari garis keturunan Balban.  Kepemimpinan Sultan Kaimus tidak menjanjikan harapan bagi keberlangsungan Dinasti Mamluk, hingga berakhir di tangan klan Khalji dengan tampuk kepemimpinan dipegang oleh Jalaluddin Firuz yang berhasil melepaskan Kesultanan Delhi dari pengaruh bangsawan Turki. Kedudukannya diambil oleh Jalaluddin Firuz yang berhasil menduduki Delhi dan merebut kekuasaan sultan tahun 1290 M, kerajaan Islam pasca budak-budak Turki tersebut digantikan oleh orang-orang Turki Khilji, berdirilah Dinasti Khalji dengan sultan pertamanya Malik Firuz, ia naik tahta dengan gelar Jalal Ad-Din Firuz Khalji (1290-1296).
Beriku raja-raja dinasti Khalji
Jalaluddin Firuz (1290–1296)
Jalaluddin telah berusia 70 tahun ketika mengambil alih kekuasaan Kesultanan Delhi. Dia sebenarnya masih memliki hubungan kekerabatan dengan sultan Balban dan Sultan Kaikobad memberikan kepercayaan kepadanya untuk menjadi wakilnya. Sampai akhirnya dia berhasil menjadi sultan pada tahun 1290 M. Transisi kekuasaan ini dikenal dengan Revolusi Khalji.

Selama enam tahun masa pemerintahannya, kelonggarannya dalam pengurusan negara menyuburkan arus perampokan dan pemberontakan. Jalaluddin juga gagal melawan invasi Mongol dan gagal merebut benteng Ranthambor dari Rajput. Kegagalan-kegagalan ini menandai bahwasanya dia tidak layak menjadi penguasa. Akhirnya, keponakannya yang juga menantunya bernama ‘Alauddin naik tahta dengan cara membunuhnya.



Alauddın Khaljı (1296–1316)
Alauddin merupakan penguasa ambisius, kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah India, termasuk Deccan yang bahkan penguasa sekaliber Mahmud Ghaznawi, Mu’izzuddin Ghuri dan Balban tidak dapat menembus wilayah tersebut disebabkan kondisi alamnya yang sulit. Oleh karena itu, Alauddin juga dijuluki “sang penakluk Asia”.

Untuk memahami sepenuhnya sistem pemerintahan Alauddin harus melihat kembali pada abad ketiga belas dan mencatat tren sosial-ekonomi yang cukup menonjol. Motif yang menarik adalah kontinuitas lembaga. Tidak hanya dengan memungut pajak menggunakan metode konvensional India (terutama sistem bagi-hasil) yang sebagian besar tidak berubah oleh penguasa baru akan tetapi juga ada agen pemungut pajak, rais (kepala), chaudkris (kepala Parganas yaitu masyarakat desa) dan patwaris (akuntan desa) sebagian besar masih dipertahankan. Penguasa-penguasa baru yang mengambil alih lahan-lahan yang teramat luas kekurangan tenaga kerja dan membutuhkan dana. Pajak pendapatan dipertahankan dalam jumlah yang rendah yaitu seperlima dari penghasilan,  sedangkan pedesaan-pedesaan tidak terganggu.

Pada awal pemerintahannya, sejumlah pemberontakan membuatnya mengambil tindakan segera untuk mencegah masalah lebih lanjut. Pertama, dalam rangka mempertahankan dirinya dia meminta semua informasi penting di ibukota dan provinsi, dan memperkuat departemen Intelejen.  Dia juga menindak gagasan yang mengatakan bahwa ‘kekayaan identik dengan pemberontakan”, dia mengekstrak kekayaan sebanyak mungkin dari rakyatnya. Dia menuntut pajak penuh dari kepala desa sedangkan pajak untuk petani ditingkatkan. Akhirnya, dalam rangka untuk menahan para bangsawan dari persekongkolan untuk melawannya, dia mengeluarkan aturan ketat yang melarang mereka berkumpul atau mengadakan pesta pernikahan tanpa izin kerajaan.

Di bidang militer, Alauddin memiliki prestasi dalam dua kategori: perang melawan invasi Mongol dan penaklukan wilayah-wilayah India yang belum tertundukkan. Sepanjang abad ketiga belas, bangsa Mongol sangat kuat sehingga bahkan seorang penguasa yang kuat seperti Balban harus membuat kebijakan defensif dan menerima garis perbatasan yang tidak terlalu menguntungkan. Alauddin menghadapi dua serangan Mongol di Delhi, termasuk pengepungan kota; tetapi pada dua kesempatan ini, Mongol mundur. Invasi Mongol kemudian diarahkan ke  Punjab dan lembah Gangga yang juga dikalahkan. Oleh karena itu pada akhir dekade pertama pemerintahannya, dia memberikan kepastian perlindungan dari agresi eksternal ke arah kekuasaannya. Kematian Duwa Khan penguasa Chaghatayid dari Transoxania pada tahun 1306 berpengaruh terhadap penurunan tekanan Mongol di India.

Selama dua puluh tahun pemerintahannya, dipenuhi dengan aktivitas militer dan penundukan-penundukan wilayah sekitar. Akuisisi wilayah ini digolongkan menjadi tiga bentuk yaitu pemulihan wilayah, penyerangan dan penaklukan daerah baru dan terakhir  penundukkan daerah tanpa paksaan. Tujuan utama dari ini semua adalah memperoleh upeti sebanyak mungkin sehingga memakmurkan kesultanan Delhi dan mengamankan kedaulatan kesultanan Delhi.

Pada masa Alauddin tradisi Iqta’ yaitu pemberian tanah kepada pejabat negara sebagai pengganti gaji diminimalisir hanya untuk posisi-posisi tertentu seperti pejabat negara yang banyak berjasa bagi kesultanan Delhi.

Alauddin adalah sultan pertama yang benar-benar serius merencanakan reorganisasi sistem pendapatan diantaranya untuk memaksimalkan pendapatan pemerintah, untuk menyamakan beban pajak di setiap sektor penduduk pedesaan, dan untuk meminimalkan bahaya pemberontakan oleh para bangsawan dan ketidakpuasan masyarakat. Dia juga yang memperkenalkan aturan pengukuran tanah.

Sepeninggalan Alauddin, berturut-turut dua sultan bernama Mubarak Khalji dan Khusru menggantikannya. Akan tetapi kesultanan mengalami krisis akibat ketidakmampuan mereka memimpin negara dengan benar.



Kamis, 10 Mei 2018

Dinasti Ayyubiyah Part III


Assalamualaikum sahabat blogger miracle islam J, kembali lagi di blog miracle islam. Seperti biasa, setiap bulannya admin akan memposting sejarah tentang peradaban-peradaban islam yang ada di dunia. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas bagian akhir dari dinasti Ayyubiyah part 3. Yuk mari disimak.

Pada tahun 625 H raja Jerman yakni Frederick II mengiginkan kekuasaan atas Baitul Maqdis. Pada saat itu Sultan al-Kamil sedang memiliki konflik sengit dengan saudaranya yaitu al-Asyraf. Konflik antar Sultan al-Kamil dan al-Asyraf hampir menimbulkan perang saudara. Tentunya akibat dari konflik tersebut membuat Sultan al-Kamil menyadari bahwa posisinya akan terancam oleh Frederick II. Untuk itulah al-Kamil mebuat perjanjian dengan Frederick II, isi perjanjian tersebut adalah :
1.      Melepaskan Baitul Maqdis
2.      Membersihkan jalan bagi kaum Kristen menuju Akkad dan Haifa, dan
3.      Membebaskan seluruh kaum Franka yang ditawan.
Dengan gencatan senjata yang yang dibuatnya bersama Federick II, al-Kamil menyatukan kekuatan untuk menyingkirkan para penguasa daerah-daerah sekitar, al-Kamil berhasil. Tidak ada lagi keluarga Ayyub yang berani menentangnya dan tidak ada pasukan Salib yang memeranginya.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa dinasti Ayyubiya telah berdiri dan juga berkuasa selama 90 tahun. Selama 90 tahun itulah, dinasti Ayyubiyah mempunyai sepuluh orang sultan, yaitu:

1.      Salahuddin Yusuf (1174-1193)
2.      Al-Aziz ibn Salahuddin (1193-1198)
3.      Mansur ibn al-Aziz (1198-1199)
4.      Al-Adil I Ahmad ibn Ayyub (1199-1218)
5.      Al-Kamil I (1218-1238)
6.      Al-Adil II (1238-1240)
7.      Malik al-Shalih Najmuddin (1240-1249)
8.      Muazzam Tauransyah ibn Shalih (1249)
9.      Syajarah al-Durr, istri Malik Saleh (1249)
10.  Asyraf ibn Yusuf (1249-1250)[14]

Kemajuan-kemajuan yang disumbangkan oleh dinasti Ayyubiyah :
A.    Bidang Pendidikan dan Arsitektur
Pada bidang pendidikan, para penguasa Ayyubiyyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya Madrasah al-Shauhiyyah pada tahun 1239 M. Madrasah al-Shauhiyyah didirikan dengan tujuan sebagai pusat pengajaran empat madzhab hukum dalam sebuah lembaga madrasah. Selama pemerintahannya, masyarakat Hijaz juga bisa merasakan pendidikan di sekolah yang seperti madrasah gagasan Salahuddin. Di samping mendirikan sejumlah sekolah, Salahuddin juga membangun dua rumah sakit di Kairo. Sedangkan dalam bidang arsitektur dapat dilihat pada monumen bangsa Arab, bangunan masjid di Beirut yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja.
B.     Bidang Industri
Pada bidang industry, pada masa dinasti Ayyubiyah terdapat beberapa pabrik gelas, pabrik karpet dan pabri kain. Selain didirikannya pabrik-pabrik, terdapat juga kincir yang dibuat oleh orang Syiria yang lebih canggih dibanding buatan orang Barat. Di samping itu, adanya perang Salib telah membawa dampak positif, keuntungan di bidang industri, perdagangan, dan intelektual, misalnya dengan adanya irigasi.
C.     Bidang perdagangan
Pada bidang perdagangan, dinasti Ayyubiyah menerapkan sistem kerja sama dengan penguasa-penguasa muslim yang berada diberbagai wilayah. Di samping itu, dinasti Ayyubiyah juga menggalakkan perdagangan dengan kota-kota di Laut Tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan. Hal ini tentunya membawa pengaruh bagi Eropa dan negara-negara yang dikuasainya. Di Eropa terdapat perdagangan arikultur dan industri. Hal ini menimbulkan perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat itu dunia ekonomi dan perdangan sudah menggunakan sistem kredit bank.
D.    Bidang Militer
Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan sebagainya, Salahuddin juga memiliki burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Ia juga membina kekuatan militer yang tangguh dan perekonomian yang bekerja sama dengan penguasa muslim di kawasan lain. Ia juga membangun tembok kota sebagai benteng pertahanan di Kairo dan bukit Muqattam. Pasukannya juga diperkuat oleh pasukan Barbar, Turki, dan Afrika.
E.     Bidang Filsafat dan Keilmuan
Bukti konkritnya adalah Adelard Of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang Arab tentang astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang kedokteran telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.

Kemunduran Dinasti Ayyubiyah
Pada tahun 635 H/1238 M Sultan al-Kamil meninggal dunia. Pada saat Sultan al-Kamil meninggal, Dinasti Ayyubiyah mengalami guncangan oleh pertentangan-pertentangan internal kerajaan.
            Pada masa pemerintahan al-Malik al-Salih, paskan salib mengirim lebih dari 100.000 orang pasukan Salib yang dipimpin Louis IX bertolak menuju Dimyath dan berhasil menguasainya. Saat itu, al-Malik al-Salih tengah sakit keras. Istrinya Syajarah al-Durr, mengirim surat kepada anaknya, (Turansyah) agar pulang ke Mesir. Ketika al-Malik al-Salih wafat, Syajarah al-Durr merahasiakan dan menerbitkan sejumlah perintah resmi dengan memalsukan tanda tangan al-Malik. Ia lalu mengumpulkan semua petinggi militer dan pemerintahan untuk segera membaiat Turansyah. Setelah kokoh duduk di kursi kekuasaan, dan berhasil mengusir pasukan Salib, Turansyah memaksa ibunya untuk menyerahkan harta peninggalan al-Malik al-Salih. Turansyah juga mengancam eksistensi kaum Mamalik, ini membuat kaum Mamalik marah besar dan membunuhnya setelah tujuh tahun menjabat. Mereka lalu menunjuk Syajarah al-Durr sebagai pengganti Turansyah. Namun kekuasaan Syajarah hanya berlangsung tiga bulan setelah ia mengudurkan diri secara suka rela. Kaum Mamalik sepakat mengangkat al-Asyraf Musa sebagai pengganti baru. Waktu itu al-Asyraf masih berumur delapan tahun. Oleh karena itu, mereka menunjuk Izzudin Aybak al-Turkumani menjadi wakil al-Asyraf untuk menjalankan urusan pemerintahan. Pada kemudian hari, Izzudin Aybak menikahi Syajarah dan tak lama kemudian Izzudin Aybak menggulingkan al-Asyraf dan merebut kekuasaan pusat. Dengan demikian, berakhirlah era Dinasti Ayyubiyah di Mesir. Tak lama kemudian Dinasti Ayyubiyah di Syam juga tunduk di bawah kekuasaan kaum Mamalik.