Kamis, 10 Mei 2018

Dinasti Ayyubiyah Part III


Assalamualaikum sahabat blogger miracle islam J, kembali lagi di blog miracle islam. Seperti biasa, setiap bulannya admin akan memposting sejarah tentang peradaban-peradaban islam yang ada di dunia. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas bagian akhir dari dinasti Ayyubiyah part 3. Yuk mari disimak.

Pada tahun 625 H raja Jerman yakni Frederick II mengiginkan kekuasaan atas Baitul Maqdis. Pada saat itu Sultan al-Kamil sedang memiliki konflik sengit dengan saudaranya yaitu al-Asyraf. Konflik antar Sultan al-Kamil dan al-Asyraf hampir menimbulkan perang saudara. Tentunya akibat dari konflik tersebut membuat Sultan al-Kamil menyadari bahwa posisinya akan terancam oleh Frederick II. Untuk itulah al-Kamil mebuat perjanjian dengan Frederick II, isi perjanjian tersebut adalah :
1.      Melepaskan Baitul Maqdis
2.      Membersihkan jalan bagi kaum Kristen menuju Akkad dan Haifa, dan
3.      Membebaskan seluruh kaum Franka yang ditawan.
Dengan gencatan senjata yang yang dibuatnya bersama Federick II, al-Kamil menyatukan kekuatan untuk menyingkirkan para penguasa daerah-daerah sekitar, al-Kamil berhasil. Tidak ada lagi keluarga Ayyub yang berani menentangnya dan tidak ada pasukan Salib yang memeranginya.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa dinasti Ayyubiya telah berdiri dan juga berkuasa selama 90 tahun. Selama 90 tahun itulah, dinasti Ayyubiyah mempunyai sepuluh orang sultan, yaitu:

1.      Salahuddin Yusuf (1174-1193)
2.      Al-Aziz ibn Salahuddin (1193-1198)
3.      Mansur ibn al-Aziz (1198-1199)
4.      Al-Adil I Ahmad ibn Ayyub (1199-1218)
5.      Al-Kamil I (1218-1238)
6.      Al-Adil II (1238-1240)
7.      Malik al-Shalih Najmuddin (1240-1249)
8.      Muazzam Tauransyah ibn Shalih (1249)
9.      Syajarah al-Durr, istri Malik Saleh (1249)
10.  Asyraf ibn Yusuf (1249-1250)[14]

Kemajuan-kemajuan yang disumbangkan oleh dinasti Ayyubiyah :
A.    Bidang Pendidikan dan Arsitektur
Pada bidang pendidikan, para penguasa Ayyubiyyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya Madrasah al-Shauhiyyah pada tahun 1239 M. Madrasah al-Shauhiyyah didirikan dengan tujuan sebagai pusat pengajaran empat madzhab hukum dalam sebuah lembaga madrasah. Selama pemerintahannya, masyarakat Hijaz juga bisa merasakan pendidikan di sekolah yang seperti madrasah gagasan Salahuddin. Di samping mendirikan sejumlah sekolah, Salahuddin juga membangun dua rumah sakit di Kairo. Sedangkan dalam bidang arsitektur dapat dilihat pada monumen bangsa Arab, bangunan masjid di Beirut yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja.
B.     Bidang Industri
Pada bidang industry, pada masa dinasti Ayyubiyah terdapat beberapa pabrik gelas, pabrik karpet dan pabri kain. Selain didirikannya pabrik-pabrik, terdapat juga kincir yang dibuat oleh orang Syiria yang lebih canggih dibanding buatan orang Barat. Di samping itu, adanya perang Salib telah membawa dampak positif, keuntungan di bidang industri, perdagangan, dan intelektual, misalnya dengan adanya irigasi.
C.     Bidang perdagangan
Pada bidang perdagangan, dinasti Ayyubiyah menerapkan sistem kerja sama dengan penguasa-penguasa muslim yang berada diberbagai wilayah. Di samping itu, dinasti Ayyubiyah juga menggalakkan perdagangan dengan kota-kota di Laut Tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan. Hal ini tentunya membawa pengaruh bagi Eropa dan negara-negara yang dikuasainya. Di Eropa terdapat perdagangan arikultur dan industri. Hal ini menimbulkan perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat itu dunia ekonomi dan perdangan sudah menggunakan sistem kredit bank.
D.    Bidang Militer
Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan sebagainya, Salahuddin juga memiliki burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Ia juga membina kekuatan militer yang tangguh dan perekonomian yang bekerja sama dengan penguasa muslim di kawasan lain. Ia juga membangun tembok kota sebagai benteng pertahanan di Kairo dan bukit Muqattam. Pasukannya juga diperkuat oleh pasukan Barbar, Turki, dan Afrika.
E.     Bidang Filsafat dan Keilmuan
Bukti konkritnya adalah Adelard Of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang Arab tentang astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang kedokteran telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.

Kemunduran Dinasti Ayyubiyah
Pada tahun 635 H/1238 M Sultan al-Kamil meninggal dunia. Pada saat Sultan al-Kamil meninggal, Dinasti Ayyubiyah mengalami guncangan oleh pertentangan-pertentangan internal kerajaan.
            Pada masa pemerintahan al-Malik al-Salih, paskan salib mengirim lebih dari 100.000 orang pasukan Salib yang dipimpin Louis IX bertolak menuju Dimyath dan berhasil menguasainya. Saat itu, al-Malik al-Salih tengah sakit keras. Istrinya Syajarah al-Durr, mengirim surat kepada anaknya, (Turansyah) agar pulang ke Mesir. Ketika al-Malik al-Salih wafat, Syajarah al-Durr merahasiakan dan menerbitkan sejumlah perintah resmi dengan memalsukan tanda tangan al-Malik. Ia lalu mengumpulkan semua petinggi militer dan pemerintahan untuk segera membaiat Turansyah. Setelah kokoh duduk di kursi kekuasaan, dan berhasil mengusir pasukan Salib, Turansyah memaksa ibunya untuk menyerahkan harta peninggalan al-Malik al-Salih. Turansyah juga mengancam eksistensi kaum Mamalik, ini membuat kaum Mamalik marah besar dan membunuhnya setelah tujuh tahun menjabat. Mereka lalu menunjuk Syajarah al-Durr sebagai pengganti Turansyah. Namun kekuasaan Syajarah hanya berlangsung tiga bulan setelah ia mengudurkan diri secara suka rela. Kaum Mamalik sepakat mengangkat al-Asyraf Musa sebagai pengganti baru. Waktu itu al-Asyraf masih berumur delapan tahun. Oleh karena itu, mereka menunjuk Izzudin Aybak al-Turkumani menjadi wakil al-Asyraf untuk menjalankan urusan pemerintahan. Pada kemudian hari, Izzudin Aybak menikahi Syajarah dan tak lama kemudian Izzudin Aybak menggulingkan al-Asyraf dan merebut kekuasaan pusat. Dengan demikian, berakhirlah era Dinasti Ayyubiyah di Mesir. Tak lama kemudian Dinasti Ayyubiyah di Syam juga tunduk di bawah kekuasaan kaum Mamalik.