Selasa, 09 Mei 2017

Dinasti Idrisiyah





Assalamualaikum sahabat blog miracle islam, pada kesempatan kali ini saya akan membahas kembali tentang sejarah dinasti islam yang pernah berkuasa. Sebelumnya kita telah membahas dinasti Ummayah dan dinasti Abbasiyah, selanjutnya kita akan membahas tentang dinasti Idrisiyah.
Sejarah terbentuknya Dinasti Idrisiyah
Dinasti Idrisiyah berdiri di Maroko yang mana dinasti ini merupakan dinasti islam pertama yang menganut aliran syiah. Perlu diketahui bahwa dinasti ini muncul pada tahun 172 H /789 M yang mana dinasti Abbasiyah masih berkuasa yang pada saat itu kekuasaan dinasti Abbasiyah berada ditangan khalifah Sulaiman Al-Hadi dan Harun Ar-Rasyid. Pendiri dinasti Idrisiyah adalah Idris bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Abu Thalib. Sehingga beliau merupakan cucu dari Hasan bin Ali bin Abu Thalib. Sebagaimana yang kita ketahui, dinasti Abbasiyah terbentuk karena adanya dukungan dari kelompok awaliyun dan syiah yang membantu meruntuhkan dinasti Ummayah, akan tetapi setelah bani Abbas mendirikan dinasti Abbasiyah, mereka mengkhianati kedua kelompok tersebut. Puncak permusuhan pun terjadi pada saat Khalifah Al-Hadi naik takhta menggantikan ayahnya yaitu khalifah Al-Mansur. Khalifah Al-Hadi menangkap dan memenjarakan orang-orang dari kelompok syiah dengan alasan tidak loyal kepada pemerintahan dinasti Abbasiyah, hal ini lah yang mendorong kelompok-kelompok yang sebelumnya pro dengan dinasti Abbasiyah menjadi kontra terhadap pemerintahan dinasti Abbasiyah. Idris pun ikut dalam pemberontakan melawan khalifah Al-Hadi.akan tetapi pada tanggal 3 zulhijjah saudara Idris terbunuh dalam suatu pertempuran yang terjadi di dekat Mekah dan pada saat itu pula Idris menghilang. Akan tetapi setelah beberapa saat Idris muncul di Maroko. Di Maroko ia disambut baik oleh pemimpin salah satu suku bangsa barbar yaitu Ishaq bin Muhammad (pempimpin suku Aurabah). Pada bulan Ramadan 172 H, atas kehendak Ishaq, Idris dipilih menjadi pemimpin suku Aurabah, kemudian diikuti oleh kabilah-kabilah lain yang menghuni kawasan yang sekarang dikenal dengan Marakisy. Hal ini dikarenakan Idris dapat menyakinkan bahwa ia merupakan keturunan dari Hasan bin Ali. Setelah terpilih jadi pemimpin bangsa Barbar, Idris kemudian melakukan penyerangan terahadap kabilah-kabilah Yahudi, Nasrani, dan paganisme yang mendiami daerah Tamisna, dan berhasil mengalahkan kabilah-kabilah tersebut dengan mudah. Kemudian sekitar tahun 173 atau 174 H (789 atau 790 M) dia melakukan invasi ke arah timur, dimana berhasil menundukkan kota Tilmisan (Agadir) yang pada saat itu dipimpin oleh Muhammad bin Khayir. Idris kemudian menetap beberapa waktu di Tilmisan, dan pada bulan Safar 174 H, ia membangun sebuah masjid, dimana mimbar masjid tersebut yang di atasnya terukir namanya masih ada hingga zaman Ibn Khaldun. Setelah khalifah Al-Hadi digantikan oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid, khalifah Harun Ar-Rasyid berencana melakukan penyerangan terhadap dinasti Idrisiyah guna mengamankan posisinya. Akan tetapi karena letak dinasti Idrisiyah yang cukup jauh, menjadikan khalifah Harun Ar-Rasyid mengurungkan niatnya. Atas saran dari Yahya Barmaki, Khalifah Harun Ar-Rasyid mengirim Sulaiman bin Jarir untuk menjadi mata-mata serta membunuh Idris dengan cara meracuninya. Rencana tersebut berhasil membuat Idris terbunuh pada tahun 177H/ 16 Juli 793 M. Dengan terbunuh Idris, tak lantas membuat dinasti Idrisiyah runtuh. Hal ini dikarenakan bangsa Barbar telah sepakat untuk mengikrarkan janji membuat kerajaan yang independen. Sehingga pada saat anak Idris lahir, mereka mengikrarkan sumpah setia dan memberi nama anak tersebut Idris sama seperti halnya dengan ayahnya. Pada tahun 177 H/793 M Idris bin Idris bin Abdullah (Idris II) datang menggantikan ayahnya sebagai amir. Pada masa kepemimpinannya Dinasti Idrisiyah berkembang pesat. Pusat pemerintahan yang semula dari Walila dipindahkan ke Fes sebagai ibukota baru (192 H.). Dengan demikian, Idris II inilah yang dianggap sebagai pendiri yang sebenarnya Dinisi Idrisiyah.
Dengan berdirinya Dinasti Idrisiyah di Afrika Utara, maka pusat kekuasaan Islam telah terbagi kepada tiga kawasan, yaitu:
1.      Bani Umaiyyah di Spanyol
2.      Syi’ah di Magrib (Maroko), dan
3.      Abbasiyah di daerah sisanya di Timur Tengah.




Selama dinasti Idrisiyah berdiri mereka memiliki tiga belas orang raja, yaitu
1.      Idris bin Abdullah bin Hasan bin Abdul Thalib / Idris I (788-793 M)
2.      Idris bin Idris bin Abdullah / Idris II  (793-828 M)
3.      Muhammad Al-Muntasir bin Idris (828-836 M)
4.      Ali bin Muhammad / Ali I (836-849 M)
5.      Yahya bin Muhammad / Yahya I (849-863 M)
6.      Yahya bin Yahya / Yahya II (863-866 M)
7.      Ali bin Umar / Ali II (866 M)
8.      Yahya bin Al-Kasim / Yahya III (849-904 M)
9.      Yahya bin Idris bin Umar / Yahya IV (904-922 M)
10.  Hasan Al- Hajjam bin Muhammad bin Al Kasim (925-927 M)
11.  Kasim Al Ghannun bin Muhammad bin Al Kasim (927-948 M)
12.  Abu Aysh Ahmad bin Kasim (948-954 M)
13.  Hasan bin Kasim Ghannun (954-974 M)





Runtuhnya dinasti Idrisiyah di awali akibat adanya serangan dari dinasti Fathimiyah di Mesir dan Bani Ummayah di Cordova, Andalusia. Hal ini membuat dinasti Idrisiyah hancur. Puncak keruntuhan dinasti Idrisiyah terjadi akibat serangan mematikan dari dinasti Ummayah yang pada saat itu di pimpin oleh khalifah Al- Hakam II (961-967 M). Selama berdirinya dinasti Idrisiyah, terdapat banyak peninggalan-peninggalan seperti uang, pembangunan saluran air, masjid dan juga istana.