Jumat, 10 November 2017

Dinasti Fatimiyah


Assalamualaikum sahabat blog miracle islam J kembali lagi kita akan membahas salah satu dinasti islam yang pernah berdiri didunia. Kali ini kita akan membahas sejarah lengkap tentang dinasti Fatimiyah. Pasti kalian semua penasaran bukan? Mari kita simak pembahasan dibawah ini.
Perlu kalian ketahui, bahwa dinasti Fatimiyah awalnya merupakan sebuah dinasti kecil yang melepaskan diri dari daulah Abbasiyah di Baghdad. Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya, dinasti Fatimiyah menjadi salah satu dinasti terbesar islam yang pernah berdiri di dunia loh. Hal ini dibuktikan bahwa dinasti ini mampu berdiri hingga dua abad lamanya sebelum akhirnya dinasti ini runtuh oleh serangan Salahudin Al-Ayyubi yang merupakan seorang jenderal dan pejuang muslim kurdi dari Tirkit (Irak) dan juga merupakan pendiri dinasti Ayyubiyah.
Nama Fatimiyah yang terletak pada dinasti ini berasal dari nama Fatimah yang merupakan anak dari Nabi Muhammad SAW. Nama Fatimah diambil karena para pengikut dinasti ini, mengikuti silsilah keturunan Fatimah Az-zahra. Dinasti Fatimiyah juga merupakan dinasti beraliran syi'ah yang mengikuti konsep syi'ah keturunan dati Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Selain dikenal dengan nama dinasti Fatimiyah, dinasti ini juga dikenal dengan nama dinasti Ubaidah yang diambil dari nama pendirinya yaitu Abu Muhammad Ubaidillah Al-Mahdi (297 M-332 M). Terbentuknya dinasti Fatimiyah membuat dunia islam berada dibawah 3 penguasa besar, yaitu Dinasti Abbasiyah yang terletak di Baghdad, Dinasti Ummayah yang terletak di Cordova dan Dinasti Fatimiyah yang terletak di Al-Mahdiah.
Abu Muhammad Ubadillah Al-Mahdi merupakan pendiri dinasti Fatimiyah sekaligus khalifah pertama dinasti Fatimiyah. Selama kurang lebih 25 tahun memimpin dinasti Fatimiyah ( 909 M- 934 M) ia membuktikan bahwa dirinya merupakan penguasa cakap dalam memimpin.  Hal ini dibuktikan dengan memperluas wilayah kekuasannya hampir meliputi seluruh wilayah Afrika, mulai dari Maroko yang dikuasai Idrisiyah hingga perbatasan Mesir. Pada tahun 914, dia berhasil menguasai Iskandariyah, dua tahun berikutnya wilayah delta berada dalam kekuasaannya. Kemudian dia mengirimkan seorang gubernur Baru dari suku Kitamah ke Sisilia dan menjalin pertemanan dengan pemberontak Ibn Hafshun di Spanyol. Malta, Sardinia, Corsica, Balearic dan pulau-pulau lainnya pernah merasakan kedahsyatan armada yang diwarisi dari dinasti Aghlabiah. Sekitar 920, ia memindahkan  pusat pemerintahannya ke ibukota baru al Mahdiyah yang didirikan di pesisir Tunisia, sekitar 27,2 kilometer ke arah tenggara kota Kairawan, dan dinamai dengan namanya sendiri.
Setelah Abu Muhammad Ubaidillah Al-Mahdi wafat, kepempimpinan dinasti Fatimiyah diambil alih oleh putrannya yang bernama Abu Al-Qasim Muhammad Al-Qaim yang memerintah pada tahun 934 M - 946 M. Selama Abu Al-Qasim memimpin, yang menjadi fokus kebijakan pemerintahannya adalah perluasan wilayah. Hal ini dibuktikan pada tahun 934 M - 935 M ia mampu menaklukan Genoa dan sepanjan pesisir Calabria. Abu Al-Qasim juga berencana menaklukan Mesir, akan tetapi usahanya tersebut tidak membuahkan hasil. Penaklukkan Mesir baru berhasil dilakukan Abu Tamim Ma’ad al-Mu’iz yang merupakan cucu dari Abu Al-Qasim Muhammad Al-Qaim. Abu Tamim Ma'ad Al-Muiz berkuasa pada tahun 952 M - 975M. Penyerbuan ke Mesir itu didahului dengan penyerbuan pantai Spanyol, yang pada saat itu dipimpin oleh Al-Nashr. Tentara Fatimiyah kemudian maju menuju Atlantik tiga tahun kemudian. Hingga pada tahun 969 M Mesir dapat direbut dari kekhalifahan dinasti Ikhsidiyah.
Pahlawan penting dalam penyerbuan ini adalah Jawhar al-Shiqilli berkebangsaan Sisilia atau Yunani.
Perlu diketahui dinasti Ikhsidiyah  merupakan bagian Dinasti Abbasiyah yang berkuasa di Mesir dan Suriah 323 M - 58 H/935 M - 69 H, yang saat ditaklukkan  oleh Jenderal Fathimiyah Jawhar pada tahun 969 M, ikhsidiyah  berpusat di Fusthat dipimpin oleh Ahmad ibnu Kafur yang lemah (968-969).
Sejak kemenangannya atas ibu kota Fusthat pada tahun 969, Jawhar kemudian mendirikan Masjid Agung al-Azhar pada tahun 972 M, yang dikemudian hari oleh Khalifah Abu Al- Manshur Nizar Al-Aziz dikembangkan menjadi universitas besar. Perlu diketahui bahwa ketika Abu Al- Manshur nizar Al-Aziz memimpin  dinasilti Fatimiyah mencapai masa kejayaannya. Dimana pada saat itu, dinasti Fatimiyah diliputi dengan kedamaian. Bahkan Khalifah Abu al-Manshur Al-Aziz selalu diagungkan di setiap khutbah jum'at. Kemudian Jawhar membuat markas baru dengan nama al-Qahirah. Sejak 973 M., kota ini Kairo modern kemudian menjadi pusat kota dinasti Fatimiyah. Pada tahun yang sama (969 M.), setelah merasa kedudukannya di Mesir kokoh, Jawhar melirik negara tetangganya Suriah dan mengirimkan seorang panglima perang yang berhasil menaklukkan kota Damaskus.
  
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa puncak kejayaan dinasti Fatimiyah  dicapai pada masa pemerintahan Abu al-Manshur Nizar al-Aziz (975 M- 996 M). Pada saat itu kekuasaan dinasti Fatimiyah terbentang dari Atlantik hingga Laut Merah, Yaman, Mekah, Damaskus, bahkan Mosul. Ia adalah khalifah Fathimiyah yang kelima dan khalifah pertama yang memulai pemerintahan di Mesir. al-Aziz berhasil menempatkan dinasti Fatimiyah sebagai negara Islam terbesar di kawasan Mediterania Timur, bahkan berhasil menenggelamkan pamor penguasa Bagdad. al-Aziz rela menghabiskan dua juta dinar untuk membangun istana yang tidak kalah megah dari istana Abbasiyah. al-Aziz merupakan khalifah  yang paling bijaksana dan murah hati diantara para khalifah Fatimiyah.14
Kemakmuran dan kejayaan dinasti Fatimiyah dapat dilihat  dari keadaan pekerja istana kerajaan pada saat itu berjumlah 12.000 orang pelayan, 10.000 pengurus kuda dan 8.000 pengurus yang lain. Kedamaian pada saat itu tergambar dengan tidak terkuncinya toko perhiasan dan toko money changer,  bahkan khalifah al-Aziz memiliki 20.000 rumah di ibu kota yang dibangun menggunakan batu bata dengan ketinggian lima atau enam lantai.
Setelah Abu al-Manshur Nizar Al-Aziz wafat dan digantikan oleh anaknya yaitu  Abu ‘Ali al-Mansur al-Hakim bi-Amr Allah (996M – 1021 M) yang pada saat menggantikan ayahnya masih berumur belasan tahun. Pada saat penggatian kekuasaan inilah yang menjadi titik awal kegoyahan dinasti Fatimiyah. Pada saat Abu Ali al-Mansur al-Hakim bi-Amr Allah menjadi khalifah, ia berada dibawah pengaruh seorang gubernur yang bernama Barjawan yang menjadi tokoh utama dalam kepempimpinan khalfiah Abu Ali al-Mansur al-Hakim. Akan tetapi dikemudain hari, Barjawan dihukum mati oleh al-Hakim karena penyalahgunaan kekuasaan. Selama menjabat, al-Hakim membuat kebijakan-kebijakan yang menakutkan. Pada saat ia memerintah, ia membunuh beberapa wasir, menghancurkan beberapa gereja, menghancurkan kuburan suci umat Kristen (1009 M.), menetapkan aturan ketat terhadap non-Islam dengan menjadikan Islam eksklusif dari agama lain seperti pakaian dan identitas agama. Aturan-aturan yang merugikan non-Islam diberlakukan sehingga mulailah timbul ketidaksenangan.


Puncak kemunduran dinasti Fatimiyah terjadi pada khalifah Fatimiyah yang keempat belas yaitu al-Adhid, berumur sembilan tahun ketika naik tahta. Pada masa ini kehidupan masyarakat yang sangat sulit, sumber kehidupan tinggal aliran sungai Nil, kelaparan dan wabah penyakit yang sering terjadi, akhirnya berimplikasi pada pajak yang tinggi dan pemerasan untuk memuaskan kebutuhan khalifah dan angkatan bersenjatanya yang rakus. Keadaan semakin parah dan rumit dengan datangnya pasukan perang Salib dan serangan dari Almaric, Raja Yerusalem pada tahun 1167 M telah berdiri di pintu gerbang Kairo. Akhirnya Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun 1171 menurunkan khalifah Fatimiyah yang terakhir dari tahtanya.27  Setelah menaklukkan khalifah Fatimiyah terakhir Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi mendirikan Dinasti Ayyubiyah yang berpusat di Kairo Mesir dari tahun 1174 M-1252 M










  Berikut ini adalah nama-nama khalifah yang pernah memimpin dinasti Fatimiyah yang berpusat di Al-Mahdiyah :
  1. Khalifah Ubaidilah Al-Mahdi (909-934), pendiri Dinasti Fatimiyah.
2. Abu al-Qasim Muhammad al-Qa’im bi Amr Allah bin al-Mahdi Ubaidillah (934-
    946).
3.  Isma’il al-Mansur bi-llah (946-952).
4.  Abu Tamim Ma’add al-Mu’iz li-Din Allah (952 M – 975) M. Mesir ditaklukkan
     semasa pemerintahannya.
5.  Abu Mansur Nizar al-‘Aziz bi-llah (975 M – 996 M).
6.  Abu ‘Ali al-Mansur al-Hakim bi-Amr Allah (996M – 1021 M).
7.  Abu’l-Hasan ‘Ali al-Zahir li-I’zaz Din Allah (1021 M – 1036 M).
8.  Abu Tamim Ma’add al-Mustanhir bi-llah (1036 M – 1094 M).
9.  Al-Musta’li bi-Allah (1094 M-1101 M).
10.  Al-Amir bi Ahkam Allah (1101 M – 1130 M)
11.  Abd al-Majid (1130 M – 1149 M).
12.  Al-Wafir (1149 M – 1154 M).
13.  Al-Fa’iz (1154 M – 1160 M).
14.  Al-‘Adid (1160 M – 1171 M)
Pada masa kekhalifahan Al-Adid, dinasti Fatimiyah mengalami kehancuran setelah berdiri kurang lebihh dua abad lamanya.