Senin, 06 Agustus 2018

Dinasti Mamluk Mesir Part Periode Mamluk Bahri


Dinasti Mamluk Mesir Part II

Assalamualaikum sahabat blogger miracle islam J kembali lagi kita di blog yang membahas tentang sejarah peradaban islam di dunia. Pembahasan kali ini masih seputar dinasti Mamluk yang terdapat di Mesir. Yuk mari dilihat.
Pada postingan sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa dinasti Mamluk Mesir dibagi menjadi dua periode, yaitu: Periode Mamluk Bahri yang memerintah pada tahun 648 H -792 H/ 1250 M - 1389 M dan Periode Mamluk Burji yang memerintah pada tahun 792 H - 923 H/ 1389 M - 1517M. Pada postingan kali ini kita akan membahas terlebih dahulu tentang dinasti Mamluk pada periode Mamluk Bahri.
Periode Mamluk Bahri (648 H - 792 H/1250 M - 1389 M)
Nama Bahri pada periode Mamluk Bahri merupakan nama yang dinisbatkan pada sebuah tempat yang disediakan oleh Sultan Malik Shaleh Najmuddin Ayyub kepada para Mamluk. Tempat yang disediakan oleh Sultan Malik ini berada di sebuah pulau di tepi Sungai Nil, yaitu Pulau Raudhah. Perlu diketahui bahwa di pulau ini sudah dilengkapi dengan senjata, pusat pendidikan, dan latihan militer. Sejak saat itulah para Mamluk ini dikenal denga sebutan Al-Mamalik Al-Bahriyyah (para budak lautan). Sultan Malik Shaleh memiliki seorang istri yang bernama Syajar Ad-Dur. Setelah Sultan Malik Shaleh wafat pada pertempuran melawan pasukan Louis IX di Dimyath, Mesir, Syajar Ad-Dur mengambil alih kekuasaan menggantikan Sultan Malik Shaleh. Syajar Ad-Dur sengaja menyembunyikan kematian Sultan Malik Shaleh untuk menjaga semangat pasukan umat islam. Pada saat pengambil alihan kekuasaan, putra mahkota dari Sultan Malik Shaleh, Turansyah sedang berada di Syam. Akan tetapi setelah Turansyah tiba di Mesir untuk mengambil kekuasaannya, ia dibunuh oleh pengikut Syajar Ad-Dur. Hal inilah yang menjadi keunikan dari sejarah Dinasti Mamluk dimana adanya ambisi untuk menjadi Sultan dari seorang Mamluk wanita. Kepemimpinan Syajar Ad-Dur ini hanya berlangsung selama 80 hari.
Akan tetapi menurut sumber lain dikatakan bahwa setelah Sultan Al-Malik Shaleh meninggal (1249 M), anaknya Turansyah naik tahta menjadi Sultan menggantikan ayahnya. Dengan naiknya Turansyah menjadi Sultan membuat golongan mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat dengan tentara asal Kurdi. Akhirnya, pada tahun 1250 M, Mamalik di bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Setelah kejadian ini Syajar Ad-Dur yang juga berasal dari kaum Mamluk mengambil alih kekuasaan.Kekuasaannya berlangsung lebih kurang selama tiga bulan.
Berakhirnya kekuasaan Syajar Ad-Dur diakibatkan adanya teguran dari Khalifah Abbasiyah di Baghdad, yang mengatakan bahwa yang memerintah dalam roda pemerintahab adalah seorang pria dan bukan wanita. Karena ketidaksanggupan Syajar Ad-Dur untuk menolak perintah khalifah Abbasiya,  ia memutuskan untuk menikah dengan pria yang bernama Izzudin Aybak yang kemudian menggantikan dirinya menjadi Sultan. Tujuan pernikahan ini adalah agar Syajar Ad-Dur dapat menjalankan pemerintahan di belakang layar. Akan tetapi Izzudin Aybak mengkhianati Syajar Ad-Dur. Ia membunuh Syajar Ad-Dur untuk mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Setelah memegang penuh kendali pemerintahan, Izzudin Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa Ayyubiyah bernama Musa sebagai sultan syar’i (formalitas) di samping dirinya sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun, akhirnya Izzudin Aybak juga mambunuh Musa. Dengan terbunuhnya Musa menjadi tanda berakhirnya  di Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan menjadi awal berdirinya kekuasaan Dinasti Mamalik.
Izzudin Aybak resmi menjadi sultan pertama Dinasti Mamluk Bahri. Ia berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah Izzudin Aybak meninggal, anaknya yang bernama Ali menggantikan posisi ayahnya. Pada saat Ali naik tahta, umur Ali masihlah sangat muda. Untuk itulah setelah dua tahun berkuasa , Ali mengundurkan diri pada tahun 1259 M dan digantikan oleh wakilnya yang bernama Qutuz. Pada saat Qutuz naik tahta, Baybars yang mengasingkan diri ke Syiria, karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir. Hal ini dikarenakan pada awal tahun 1260 M, Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. Untuk itulah Baybars kembali ke Mesir untuk menghadapi tentara Mongol. Kedua kubu bertemu di Ain Jalut pada tanggal 13 September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz dan Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan ini membuat Mamalik menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya. Penguasa-penguasa Syiria segera menyatakan setia kepada penguasa Mamalik. Perang ini merupakan peristiwa besar dalam sejarah Islam dan merupakan kemenangan pertama kaum muslimin atas orang-orang Mongolia. Mereka berhasil menghancurkan mitos yang mengatakan bahwa tentara Mongol tidak pernah terkalahkan. Pusat kekhalifahan Islam yang pada awalnya terletak di kota Baghdad berpindah di Kota Kairo. Hal ini dikarenakan kota Baghdad telah hancur akibat serangan bangsa Mongol.
Pada saat pemerintahan Sultan Qutuz berhasil digulingkan oleh Baybars, kerajaan mamluk makin bertambah kuat. Hal ini ditunjukan dimana  Baybars mampu berkuasa selama tujuh belas tahun (657 H/1260 M- 676 H/ 1277 M) karena mendapat dukungan militer. Berikut ini adalah beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh Pemerintahan Baybars:
1.      Memmporak-porandakan tentara Salib di sepanjang Laut Tengah dan Pegunungan Syiria. Ia juga menaklukkan daerah Nubia (Sudan) dan sepanjang pantai Laut Merah.
2.      Menghidupkan kembali kekhalifahan Abbasiyah di Mesir setelah Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M. Baybar juga meminta legalitas dari khalifah atas kekuasaannya, untuk mendapatkan simpati rakyat Mesir sebagaimana Dinasti Ayyubiyah.
3.      Prestasi Baybars dalam bidang agama, ia adalah sultan Mesir pertama yang mengangkat empat orang hakim yang mewakili empat mazhab, ia juga mengatur keberangkatan haji secara sistematis dan permanen. Ia juga dikenal sebagai sultan yang shaleh dalam soal agama dan sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah.
4.      Di bidang diplomatik, Baybars menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang bershabat dan tidak membahayakan kekuasaannya. Ia memperbaharui hubungan Mesir dengan Konstantinopel, serta membuka hubungan Mesir dengan Sisilia. Selain itu ia juga menjalin ikatan perdamaian dan hubungan baik dengan Barke (Baraka) yang merupakan keponakan dari Hulagu Khan yang telah masuk Islam dan berkuasa di Golden Horde dan Kipchak (wilayah di bagian Barat kerajaan Mongol).
5.      Di bidang perekonomian dan perdagangan juga mengalami kemajuan pesat yang membawa kepada kemakmuran. Jalur perdagangan yang sudah dibangun sejak Dinasti Fathimiyah diperluas dengan membuka hubungan dagang dengan Italia dan Perancis. Kota Kairo menjadi kota penting dan strategis sebagai jalur perdagangan Asia Barat dan Laut Tengah dengan pihak Barat, dan menjadi lebih penting setelah jatuhnya Baghdad. Baybars dan beberapa sultan setelahnya memberikan kebebasan kepada petani untuk memasarkan hasil tani mereka. Hal ini mendorong mereka untuk meningkatkan hasil pertaniannya, sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Mesir. Bidang perhubungan darat dan laut juga menjadi lancer dengan membuat terusan-terusan, pelabuhan, dan meng hubungkan Kairo dan damaskus dengan layanan pos cepat. Pos cepat ini hanya memakan waktu empat hari dengan menggunakan beberapa ekor kuda yang tersedia pada setiap stasiun di sepanjang jalan. Selain pos dengan menggunakan kuda, juga ada pos cepat menggunakan burung merpati yang sudah ada sejak zaman Fathimiyah.
Pada masa pemerintahan Baybars, ilmu pengetahuan juga mengalami kemajuan pesat. Hal ini disebabkan jatuhnya Baghdad yang mengakibatkan sebagian ahli ilmu pengetahuan melarikan diri ke Mesir. Dengan demikian Mesir berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, melanjutkan perjuangan kota-kota Islam lainnya setelah dihancurkan oleh orang-orang Mongol. Di antara cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang ketika itu adalah sejarah, kedokteran, matematika, astronomi, dan ilmu agama.
Di bidang sejarah tercatat nama-nama beberapa pakar, antara lain Ibnu Khalikan, Ibnu Khaldun (penulis kitab al-‘Ibar), Abu Al-Fida’, Ibn Tagri Bardi Atabaki, Al-Maqrizi yang terkenal sebagai seorang penulis sejarah kedokteran.
Bidang ilmu kedokteran juga mengalami kemajuan dengan adanya penemuan-penemuan baru. Abu Hasan \Ali Nafis (w.1288) seorang kepala rumah sakit Kairo menemukan susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, tiga abad lebih dahulu dari Servetus (orang Portugis). Selain itu, juga terdapat tokoh-tokoh lain, seperti Nasiruddin At-Tusi (1201-1274) seorang ahli observatorium, dan Abu Faraj Tabari (1226-1286 M), ahli matematika.[9]
Di bidang seni arsitektur juga berkembang dengan baik. Para sultan berlomba mendirikan bangunan-bangunan monumental yang berseni tinggi. Bermunculanlah bangunan sekolah-sekolah, masjid-masjid yang indah dan megah. Bangunan-bangunan tersebut ada yang masih bisa kita saksikan hingga saat ini, seperti masjid Rifa’I dan masjid Sultan Hasan di Kairo. Mesjid ini sempat dikunjungi presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, ketika kunjungannya ke Mesir. Kita juga masih bisa saksikan salah satu bekas istana Mamalik di Maidan Abbasiyah Kairo, Mesir.
Pemerintahan Mamluk selanjutnya dipimpin oleh Bani Bibarisiyah. Diawali oleh Az-Zhahier Bibaris. Tapi tidak begitu banyak yang berarti kerajaan Mamluk di bawah kekuasaan Bani Bibaris. Di antara sultan Bani Bibarisiyah adalah Al-Mansur Qalawun (678 H-689 H/ 1280-1290 M) yang telah menyumbangkan jasanya dalam pengembangan administrasi pemerintah, perluasan hubungan luar negeri untuk memperkuat posisi Mesir dan Syam di jalur perdagangan internasional. Sultan Mamluk yang memiliki kejayaan dan prestasi lainnya dari garis Bani Qalawun adalah putra pengganti Qalawun, yaitu Nashir Muhammad (696 H/1296 M).
Masa setelah Bani Qalawun, tampuk pemerintahan Mamluk Bahri dipimpin oleh Mamluk keturunan Muhammad hingga Sembilan sultan. Sultan terakhir dari Dinasti Mamluk berasal dari Bani Sya’baniyah, Al-Shalih Hajj Assyraf bin Sya’ban sekitar tahun 791 H/1388 M. Ia digulingkan oleh sultan Barquq yang menjadi cikal bakal sultan pertama pada pemerintahan Mamluk Burji.[10]
Di antara peristiwa penting pada masa ini (pasca Qalawun) adalah sebagai berikut:
1.                   pada tahun 680 H/1281 M, Manshur Qalawun berhasil menghancurkan pasukan Tartar dengan sangat telak.
2.                  pada tahun 702 H/1312 M, An-Nashir Muhammad bin Qalawun berhasil menaklukkan kepulauan Arwad dan mengusir orang-orang Salibis dari sana.
3.                  pada tahun yang sama pasukan Tartar juga dikalahkan dengan sangat telak pada perang Syaqhat di dekat Damaskus, ikut dalam perang ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.