Senin, 07 Agustus 2017

Dinasti Safawi


Assalamualaikum sahabat miracle of islam, pada kesempatan kali ini kita akan membahas kembali salah satu dinasti islam yang pernah berdiri di Persia, yakni Dinasti Safawi. Perlu diketahui, Dinasti Safawi merupakan salah satu dari tiga kerajaan Islam yang berkembang cukup cepat setelah adanya kemunduran politik islam yang turun secara drastis akibat runtuhnya ke khalifahan dinasti Abbasiyah di Baghdad, akibat serangan bangsa Mongol. Dinasti ini berdiri pada tahun 1252-1334 M yang diambil dari nama pendirinya yaitu Safi al-Din. Pada awalnya, dinasti safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di kota Ardabil, Azerbajian. Nama safawi itu terus di pertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Setelah gerakan politik tersebut berhasil mendirikan kerajaan, nama Safawi pun masih terus digunakan sebagai Dinasti Safawi.
Bersamaan dengan berdirinya tarekat Safawi, berdiri pula kerajaan Usmani yang terletak di Turki. Pada perkembanganya kerajaan Safawi sering berselisih dengan kerajaan Usmani. Diawal artikel, dijelaskan pada saat Dinasti Abbasiyah runtuh, terdapat tiga kerajaan islam yang berkembang cukup pesat, ketiga kerajaan tersebut adalah kerajaan Turki Usmani, Mughal di India dan Safawi di Persia. Kerajaan Safawi mempunyai perbedaan dari dua kerajaan islamlainya. Kerajaan Safawi menyatakan bahwa kerajaan tersebut menganut islam aliran syi’ah dan syi’ah itu dijadikan sebagai mazhab Negara. Sehingga kerajaan Safawi dianggap sebagai peletak dasar pertama terbentuk Negara Iran.
Safi al-Din (pendiri dinasti safawi) merupakan keturunan Imam syi’ah yang keenam yaitu, “Musa al-Kazim”. Berdirinya tarekat Safawi dilatarbelakangi dengan munculnya orang-orang ingkar dan ahli bid’ah. Sehingga tarekat Safawi bertujuan untuk memerangi orang-orang tersebut. Setelah tarekat ini mengubah bentuk menjadi gerakan keagamaan, tarekat ini menjadi semakin penting. Sebelumnya tarekat ini merupakan pengajian tasawuf murni. Tarekat ini  sangat berpengaruh di Persia, Syria dan Anatolia. Di Negara-negara di luar Ardabil, Safi menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya. Wakil-wakil tersebut diberi gelar Khalifah. Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Hal ini ditandai dengan kuatnya keinginan mereka untuk berkuasa karena dengan berkuasa mereka dapat menjalankan ajaran agama yang telah mereka yakini (ajaran Syi'ah). Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah.
Pada masa Juneid (raja kelima dinasti safawi), tarekat ini mulai masuk kedalam dunia politik. Masuknya tarekat Safawi ke dalam dunia politik menimbulkan konflik dengan para penguasa Kara Konyulu atau yang di kenal dengan Domba Hitam yang merupakan salah satu  suku Turki yang berkuasa di wilayah tersebut. Dalam konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini dia mendapat perlindungan dari penguasa diyar bakr, ak-Koyunlu (domba putih), yang juga merupakah salah satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.

Selama dipengasingan, Juneid tidak tinggal diam. Ia dapat menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan uzun hasan. Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun hasan. Pada tahun 1459M. Juneid mencoba merebut Ardabil tetapi gagal. Pada tahun 1460M, ia mencoba merebut Sircasia tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut. Ketika itu anak Juneid yaitu Haidar  masih kecil dan dalam asuhan uzun hasan. Karena itu kepemimpinan gerakan safawi baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun 1470M.  Setelah Haidar tumbuh dewasa, Haidar mengawini salah satu anak dari Uzun Hasan. Pernikahan tersebut membuat hubungan Haidar dan Uzun Hasan semakin erat. Dari perkawinan itu lahirlah Ismail yang dikemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia.

Pada tahun 1476M, Ak Koyunlu meraih kemenagan perang terhadap Kara Koyunlu, hal ini membuat gerakan militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar sebagai ancaman politik oleh Ak Koyunlu untuk meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal, sebagaimana telah disebutkan, Safawi adalah sekutu Ak Koyunlu. Ak Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan  Safawi karena itu, ketika Safawi menyerang  wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan. AK koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan Haidar sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Ali, putra dan pengganti Haidar, didesak oleh bala tentaranya untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap AK koyunlu, tetapi Ya’kub pemimpin Ak koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya Ibrahim dan Ismail serta ibunya, di fars selama empat setengah tahun (1489-1493M). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota Ak koyunlu, dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara sepupu Austam dapat dikalahkan. Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Akan tetapi pada tahun 1494M Ali terbunuh dalam peperangan yang dilatarbelakangi oleh Rustam yang berbalik memerangi Ali bersaudara. Kepemimpinan gerakan Safawi, selanjutnya berada di tangan Ismail, yang saat itu masih berusia tujuh tahun, selama lima tahun ismail beserta pasukannya bermarkas di gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, syria, dan anatolia. Pasukan yang dipersiapkan itu dinamai Qizilbash (baret merah).

Dibawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan Ak koyunlu di sharur, dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK koyunlu dan berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota ini ismail memproklamirkan dirinya sebagai raja dinasti Safawi dengan ini resmilah berdiri sebuah dinasti baru ditanah Persia.

Pemimpin-pemimpin Kerajaan Safawi  sebelum terbentuk Dinasti :
1.      Safi Al-Din (1252-1334 M)
2.      Sadar Al-Din Musa (1334-1399 M)
3.      Khawaja Ali (1399-1427 M)
4.      Ibrahim (1427-1447 M)
5.      Juneid 1447-1460 M)
6.      Haidar 1460-1494 M)
7.      Ali (1494-1501 M)        
Setelah berdirinya Dinasti Safawi :
1.      Ismail (1501-1524 M)
2.      Tahmasp I (1524-1576 M)
3.      Ismail II (1576-1577 M)      
4.      Muhammad Khudabanda (1577-1787 M)
5.      Abbas I (1588-1628 M)
6.      Safi Mirza (1628-1642 M)
7.      Abbas II (1642-1667 M)
8.      Sulaiman (1667-1694 M)
9.      Husen (1694-1722 M)
10.  Tahmasp II (1722-1732 M)
11.  Abbas III (1732-1736 M)
Masa Kejayaan Dinasti Safawi
Kerajaan Safawi mengalami puncak kejayaan pada Masa Abbas I, pada awal kepempimpinannya ia melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1.      Menghilang dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan membentuk pasukan baru yang beranggotakan budak-budak yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia.
2.      Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan cara Abbas I berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar, Ustman) dalam khotbah Jumatnya.



Langkah tersebut membuat dinasti Safawi menjadi kuat kembali dan memperoleh masa kejayaan nya. Berikut ini salah satu kejayaan dinasti Safawi :
·         Bidang Politik dan Pemerintahan
terwujudnya integritas wilayah Negara yang luas yang dikawal oleh suatu angkatan bersenjata yang tangguh dan diatur oleh suatu pemerintahan yang kuat, serta mampu memainkan peranan dalam percaturan politik internasional.
·         Bidang Ekonomi
Kerajaan Safawi pada masa Syah Abbas mengalami kemajuan dibidang ekonomi, terutama industri dan perdagangan. Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas.
·         Bidang Ilmu Pengetahuan
Menurut Hodhson, ada dua aliran filsafat yang berkembang pada masa Safawi tersebut. Pertama, aliran filsafat “Perifatetik” sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles dan Al-Farabi. Kedua filsafat Isyraqi yang dibawa oleh Syaharawadi pada abad ke XII. Kedua aliran ini banyak dikembangkan di perguruan Isfahan dan Syiraj. Di bidang filosof ini muncul beberapa orang filosof diantaranya Muhammad Baqir Damad (W. 1631 M) yang dianggap guru ketiga sesudah Aristoteles dan Al-Farabi, tokoh lainnya misalnya Mulla Shadra yang menurut sejartah ia adalah seorang dialektikus yang paling cakap di zamannya.
Kemunduran Dinasti Safawi
 Setelah Abbas I Wafat, kerajaan Safawi mengalami kemunduran. Faktor-faktor yang mempengaruhi mundurnya kerajaan Safawi antara lain sebagai berikut :
1.      Konflik panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh perbedaan mazhab antar kedua kerajaan. Bagi Kerajaan Usmani, berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliaran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara kedua kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun konflik itu pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian antara keduanya pada masa Raja Shah Abbas I, namun tak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tida ada lagi perdamaian antara kedua kerajaan besar Islam itu.[29]
2.      Adanya dekadensi moral yang melanda sebagaian para pemimpin Kerajaan Safawi.
3.      Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qilzibash (baret merah) hal ini dikarenakan pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani. Seperti yang di alami oleh pasukan Qilzibash, sementara anggota pasukan Qilzibash yang baru tidak memiliki militansi dan semangat yag sam,a dengan anggota Qilzibash sebelumnya.
4.      Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana