Selasa, 10 Juli 2018

Dinasti Mamluk Mesir




Assalamualaikum sahabat blogger miracle islam J, kembali lagi diblog ini yang akan membahas seputar dinasti-dinasti islam yang pernah berdiri didunia. Pada kesempatan kali ini, admin akan membahas tentang dinasti Mamluk. Hayoo, sahabat blogger miracle islam pasti bertanya-tanya mengapa admin membahas kembali dinasti Mamluk kan? Hehehe. Dinasti Mamluk yang akan admin bahas kali ini adalah dinasti Mamluk yang berada di Mesir. Sedangkan dinasti Mamluk yang pernah admin posting sebelumnya merupakan dinasti Mamluk yang berdiri di India. Untuk lebih jelasnya mari simak pembahasan berikut ini J



Dinasti Mamluk Mesir merupakan dinasti islam yang berdiri pada tahun 1250 M sampai dengan 1517 M. Sedangkan, dinasti Mamluk yang terletak di India, berdiri pada tahun 1206 M sampai dengan 1290 M. Terdapat kesamaan antara dinasti Mamluk Mesir dan India. Kedua dinasti tersebut sama-sama didirikan oleh para budak. Akan tetapi dinasti Mamluk yang terdapat di Mesir berdiri lebih lama dibandingkan dengan dinasti Mamluk yang berada di India yaitu berdiri lebih dari dua abad setengah. Sedangkan dinasti Mamluk India berdiri hanya kurang lebih delapan dasawarsa. Pada pembahasan kali ini akan dibahas lebih jauh mengenai Dinasti Mamluk di Mesir atau Daulat al-Atrak, dinasti yang  berdiri pada awal masa-masa kejatuhan umat Islam.

Seperti yang telah kita ketahui pada postingan admin tentang dinasti delhi part I, dinasti Mamluk merupakan dinasti yang didirikan oleh para budak, yang berasal dari berbagai suku dan bangsa menciptakan suatu tatanan oligarki militer di wilayah asing. Para sultan-budak ini menegaskan kekuasaan mereka atas wilayah Suriah-Mesir, yang ini sebelumnya dikuasai tentara Salib. Selama beberapa waktu mereka berhasil menahan laju serangan pasukan Mongol pimpinan Hulagu dan Timurlenk.

 Kata Mamluk adalah bentuk mufrad dari kata Mamalik dan Mamlukun yang berarti budak atau hamba yang dibeli dan dididik dengan sengaja agar menjadi tentara dan pegawai pemerintah. Seorang Mamluk berasal dari ibu bapak yang merdeka, bukan dari budak atau hamba sahaya. Berbeda dengan ‘abd, yang dilahirkan oleh ibu bapak yang juga berstatus sebagai hamba yang kemudian dijual. Perbedaan lain adalah Mamluk biasanya berkulit putih, sedangkan ‘abd berkulit hitam.

Sebagian Mamluk berasal dari Mesir, yaitu golongan budak yang dimiliki para sultan dan amir pada masa kesultanan Bani Ayyub. Para Mamluk Dinasti Ayyubiyah ini berasal dari Asia Kecil, Persia, Turkistan dan Asia Tengah. Mereka terdiri dari suku-suku bangsa Turki, Rusia, Kurdi, Syracuse dan bagian kecil dari bangsa Eropa. Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa Dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentaranya. Para Mamluk ini ditempatkan pada kelompok  tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir, al-Malik al-Shaleh, mereka dijadikan tentara dan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa ini mereka mendapatkan hak-hak istimewa, baik dalam imbalan materil maupun dalam hal ketentaraan.

Kerajaan Mamluk dibagi menjadi dua periode berdasarkan daerah asalnya. Golongan pertama disebut dengan Mamluk Bahri. Golongan pertama ini berasal dari kawasan Kipchak (Rusia Selatan), Mongol, dan Kurdi. Mereka ditempatkan di Pulau Raudhah di Sungai Nil. Di sinilah mereka menjalani latihan militer dan pelajaran keagamaan. Karena penempatan mereka inilah mereka dikenal dengan julukan Mamluk Bahri (budak lalut/air).

Golongan kedua dinamakan Mamluk Burji, yang berasal dari etnik Syracuse di wilayah Kaukakus. Dinamakan dengan istilah Burji karena Sultan Qala’un menempatkan semua pengawalnya di benteng (al-Burj) Kairo.[8] Golongan kedua inilah yang berhasil bertahan untuk berkuasa pada Dinasti Mamluk.

Proses Bedirinya Dinasti Mamluk
Dinasti Mamluk berdiri pada pertengahan abad ke-13 M. Kehadirannya memiliki hubungan dengan dinasti sebelumnya, yaitu dinasti Ayyubiyah. Hal ini terjadi karena orang-orang yang terlibat dalam proses pendirian dinasti Mamluk adalah budak-budak yang bekerja untuk dinasti Ayyubiyah. Kata Mamluk sendiri bermakna budak. Mereka pada awalnya adalah para tawanan penguasa dinasti Ayyubiyah yang dijadikan sebagai budak, kemudian para budak tersebut diberi pendidikan militer dan agama, untuk selanjutnya dijadikan sebagai tentaranya.

Tentara Dinasti Mamluk
Tentara Mamluk, pada umumnya berasal dari daerah Kaukasus dan Laut Kaspia. Di Mesir, mereka ditempatkan di pulau Raudhah di Sungai Nil untuk menjalani latihan militer dan keagamaan. Karena itulah, mereka dikenal dengan julukan Mamluk Bahri (Laut). Saingan mereka dalam ketentaraan pada masa itu adalah tentara yang berasal dari suku Kurdi.

Penguasa dinasti Ayyubiyah mengeluarkan suatu kebijakan dengan menempatkan budak-budak tersebut sebagai kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Pada masa Al-Malik Ash-Shaleh, ia menerapkan hubungan simbiosis mutualisme dengan mejadikan para tentara budak ini sebagai pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Sebagai imbalannya mereka mendapatkan hak-hak istimewa, baik dalam penghargaan yang bersifat materil maupun dalam karier kemiliteran.

Al-Malik Ash-Shaleh  melihat tentara Mamluk sebagai tentara yang setia dan telah menunjukan kemampuannya pada saat perang melawan tentara Salib dan saat bersaing dengan rival-rival politiknya. Karena sebab tersebut, loyalitas tentara Mamluk kemudian terpusat pada pribadi Al-Malik Ash-Shaleh, bukan kepada dinasti sebagai institusi. Kita dapat melihat tentara Mamluk lebih sebagai tentara pribadi daripada tentara militer sebuah dinasti.

Apabila ditelusuri lebih lanjut, berdirinya dinasti Mamluk berawal dari kekisruhan politik setelah wafatnya Al-Malik Ash-Shaleh, penguasa terakhir dari dinasti Ayyubiyah pada tahun 1249 M. Kemudian ia digantikan oleh anaknya yang bernama Turansyah, yang berasal dari istrinya yang notabene bersal dari suku Kurdi. Turansyah dianggap sebagai ancaman untuk masa depan mereka, hal ini dikarenakan Turansyah lebih memiliki kedekatan dengan tentara asal Kurdi daripada dengan mereka.

Pada tahun 1250 M, tentara Mamluk dibawah komando Aybak dan Baybars berupaya untuk melakukan kudeta politik melalui serangkaian perebutan kekuasaan, puncaknya mereka berhasil membuhu Turansyah. Istri Al-Malik, Syajarah Al-Dur, seorang yang juga berasal dari kalangan Budak Turki atau Armenia, ia berusaha untuk mengambil kendali pemerintahan, dengan menjadikan dirinya sebagai sultanah pertama, sesuai kesepakatan dengan golongan Mamluk.

Kepemimpinan Al-Dur berlangsung tiga bulan. Ketika para amir memilih kerabatnya, yang juga panglima utama kerajaan Izzudin Aybak sebagai sultan, ia kemudian memutuskan menikah dengan pemimpin Mamluk tersebut dan menyerahkan tampuk kekuasaan kepadanya sambil berharap dapat terus berkuasa di balik layar.

Selanjutnya untuk mengambil simpati keluarga Ayyubiyah, Aybak mengangkat seorang keturuan Ayyubiyah yang bernama Musa sebagai penguasa. Namun, Musa pada akhirnya dibunuh juga oleh Aybak. Dengan tewasnya Musa di tangan Aybak, keberadaan dinasti Ayyubiyah pun berakhir dan menandai awal dari kemunculan dinasti Mamluk.