Sabtu, 09 September 2017

Dinasti Thulun

Assalamualaikum sahabat blog miracle islam J, pada kesempatan kali ini kami akan membahas kembali, salah satu dinasti islam yang pernah berdiri. Semoga sahabat blog miracle islam tidak bosan dengan sejarah dinasti-dinasti islam. Karena dengan mengetahui sejarah dinasti-dinasti tersebut, kita dapat menambah wawasan pengetahuan kita tentang islam pada zaman dahulu.


Dinasti Thulun, merupakan dinasti yang memegang kekuasaan di daerah Mesir dan Suriah. Dinasti ini muncul pada saat dinasti Abbasiyah yang terletak di Baghdad masih berdiri. Hal ini tentunya memiliki kesamaan dengan dinastiaAghlabiyah yang terletak di Maroko dan juga dinasti Samaniyah yang terletak di Iran Raya dan Asia tengah yakni bersama-sama berdiri saat dinasti Abbasiyah masih berkuasa. Akan tetapi dinasti Thulun berbeda dengan dinasti-dinasti islam lainnya yang berdiri, dimana dinasti-dinasti tersebut masih mengakui serta tunduk pada kekuasaan dinasti Abbasiyah, akan tetapi dinasti Thulun merupakan dinasti yang berdiri secara independent artinya terlepas dari kekhalifahan dinasti Abbasiyah.
masjid Ahmad bin Thulun (muslimedianews.com)

peta kekuasaan dinasti Thulun (http://islamicprabuwayangkomputer.blogspot.co.id)

Dinasti Thulun berdiri pada tahun 254 H/868 M yang di dirikan oleh Ahmad bin Thulun. Nama Thulun sendiri berasal dari nama ayah pendirinya yakni Thulun yang merupakan seorang budak yang berdarah Mongol. Nama Thulun sendiri memiliki arti “Kemunculan yang sempurna” dalam Bahasa Turki. Awal mulanya Thulun merupakan budak dari Nuh bin Asad, akan tetapi kemudian Thulun di hadiahkan kepada Khalifah Abbasiyah yakni Al-Ma’mun pada tahun 816 M, bersamaan dengan pemuda-pemuda lainnya oleh gubernur Bukhara di Transoxiana. Thulun memiliki seorang anak yaitu Ahmad, Ahmad sendiri diajari bahasa Arab, Alquran dan hukum Islam secara mendalam. Dia mengunjungi perbatasan profinsi Tarsus beberapa kali untuk belajar di bawah seorang sarjana special hingga dia sendiri menjadi ahli dalam studi Islam dan juga seni dalam militer. Karena ketangkasan dan keprofesionalannya dalam militer akhirnya al-Makmun mengangkatnya menjadi Rais al-Hars (kepala pengawal istana). Setelah Thulun wafat, istrinya dikawini oleh Eimir Beibek. Dengan bantuan Emir Baibek, Ahmad bin Thulun diangkat menjadi gubernur di daerah Mesir dan Libya. Setelah beberapa lama menjadi Gubernur, Ahmad pun mulai memperkukuh kedudukannya sebagai penguasa di Mesir. Ahmad pun membeli beberapa orang budak bangsa Dailam dan bangsa Zanji (Negro), secara terang-terangan Ahmad mengutaran maksudnya mendirikan kekuasaan tersendiri yang terlepas dari kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Hal ini pun direalisasikan pada saat khutbah Jum’at, yang mana biasannya di ucapkan pujian kepada khalifah Abbasiyah saat khutbah, kemudian diganti menjadi pujian kepada Ahmad bin Thulun sebagai raja Mesir. Tak hanya itu, hasil pajak pun tidak dikirimkan lagi ke Baghdad. Kekayaan Mesir pun hanya di gunakan untuk pembangunan Mesir itu sendiri. Ia juga membangun kota Qota’i di sebelah utara Fustat, sebagai ibukota baru, dengan meniru model kota Samarra yang berada di utara Baghdad . Ia bangun rumah sakit besar. Rumah sakit yang pertama muncul di Mesir dan ia bangun Mesjid Agung yang dikenal dengan nama Jami’ Ibnu Thulun yang pada bagian dalamnya terukir lebih kurang sepertujuh belas dari seluruh ayat-ayat Alquran dengan huruf Arab Kufi. Banyak bangunan-bangunan megah ia dirikan untuk menambah semaraknya kota yang menjadi tandingan bagi kota Samarra itu.
Selain melakukan pembangunan, Ahmad bin Thulun juga melakukan perluasan daerah. Ia menaklukkan Damaskus, Homs, Homat, Aleppo, dan Antiokia (semuanya di Syam dan Syiria). Dengan demikian ia bukan saja membuat Mesir merdeka (berdiri sendiri) tetapi bahkan berkuasa atas tanah Syam, suatu keadaan yang tidak pernah terjadi setelah setelah Mesir ditaklukan Persia pada 340 SM. Untuk memudahkan usaha kontrol atas tanah Syam ia membangun armada laut yang kuat dan pangkalan angkatan laut di Akka (Syam). Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad yang mengetahui lepasnya Mesir dari kekuasaanya, mengirimkan pasukan untuk menaklukkan kembali Mesir. Tetapi usaha tidak berhasil karena kedudukan Ahmad bin Thulun telah kuat, ditambah dengan simpati rakyat Mesir kepadanya. Sebab selama ini mereka membayar pajak yang amat tinggi kepada Baghdad. Setelah kedudukannya kuat di Mesir, tahun 868 memproklamirkan berdirinya Dinasti Thuluniyah. Dengan di proklamirkan berdirinya dinasti Thulun, mesir menjadi Negara merdeka yang tidak menjadi bagian provinsi ataupun bagian dari imperium Romawi setelah 9 Abad lama nya.

Kemajuan Dinasti Thulun
Khalifah pertama dinasti Thulun  yakni,Ahmad bin Thulun mecurahkan perhatian yang sangat besar di bidang perekonomian. Hal ini dapat di lihat dengan pembangunan-pembanguna sebagai berikut :
1.      Memperbaiki tempat ukuran air sungai Nil (nilometer) di pulau Raudah.
2.      Bendungan dan seluruh irigasi ditambah, sehingga areal pertanian menjadi lebih luas.
3.      Terdapat industri senjata, sabun, gula, kain, dan lain-lain.
4.       Jembatan, terusan, dan armada perhubungan darat, sungai, dan laut diperbesar demi meramaikan dan melancarkan lalu lintas perdagangan dalam seluruh wilayah yang dikuasainya.
5.       Pada masjid agung itu disediakan dokter-dokter khusus setiap hari jum’at untuk mengobati orang-orang sakit dengan cuma-cuma.
6.      Membangun banyak Mustasyfa yakni rumah sakit umum untuk menampung para pasien dari segala agama dan aliran dan memperoleh perawatan dengan cuma-cuma sampai sehat.




Melalui kerja keras nya, Ahmad bi Thulun berhasil mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pada 904 M (270 H) ia wafat dengan meninggalkan nama yang harum sebagai seorang hafiz, negarawan pemberani, pemurah serta dekat dengan ulama dan rakyat. Dengan wafatnya Ahmad bin Thulun, pemegang kekuasaan dnasti Thulun diberikan kepada putranya, yaitu Khumarawaih yang pada saat itu masih berusia 20 tahun. Tak lama setelah diangkat menggantikan ayahnya, Khumarawaih mendapat tantangan berat. Damaskus diserang oleh pasukan gabungan (terdiri dari pasukan al-Muwaffiq, saudara khalifah Baghdad, pasukan Ibnu Kindag, gubernur Mosul dan pasukan Muhammad bin Abi Sibag, gubernur Armenia). Amir Khumarawaih maju memimpin sendiri pasukannya untuk merebut kembali Damaskus pada 907 M (273 H), dan berhasil memaksa al-Muwaffiq dan khalifah Mu’tamid untuk mengakui kedaulatan dinasti Thuluniyah di Mesir dan Syam. Kekuasaan Khumarawaih semakin mantap dan luas setelah musuh-musuh utamanya meninggal (al-Muwaffiq dan Ibnu Kindag pada 912 m (278 H) dan khalifah Mu’tamid pada tahun berikutnya).
Dengan kekayaan yang melimpah, Khumarawaih mendirikan lagi gedung-gedung megah dan taman-taman yang indah. Ia gunakan uang antara lain 900.000 dinar pertahun untuk pembiayaan pasukan dan 23.000 dinar perbulan untuk menyediakan makanan gratis bagi para fakir dan orang-orang lemah melalui dapur-dapur umum. Dalam istananya yang megah terdapat Golden Hall, aula dengan dinding yang berlapis emas dan dihiasi dengan gambar para istrinya dan gambar para penyanyi istana. Istananya terletak di tengah taman yang penuh dengan aneka bunga yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk ungkapan-ungkapan berbahasa Arab. Sebuah kolam renang berlapis perak di halaman istana, kebun binatang dan istana burung ikut melengkapi semaraknya istana dinasti Thuluniyah.

Kemunduran Dinasti Thulun

Kematian Khumarwaihi pada 895 merupakan titik awal kemunduran Dinasti Thuluniyah ini. Persaingan yang hebat antara unsur-unsur pembesar dinasti telah memecah persatuan dalam dinasti. Amir yang ketiga (Jaish Ibnu Asakir) dilawan oleh sebahagian besar pasukannya dan dapat disingkarkan pada 896. Adiknya yang baru berusia 14 tahun, Harun Khumarwaihi diangkat sebagai amir yang keempat. Kelemahan yang sedemikian rupa mengantarkan dinasti ini berakhir setelah amirnya yang kelima yaitu Syaiban Ibnu Ahmad Ibnu Thulun (hanya memerintah 12 hari) menyerah ke tangan pasukan Bani Abbas yang menyerang Mesir pada 905 dengan demikian berakhirlah riwayat Dinasti Thuluniyah.