Selasa, 10 Oktober 2017

Dinasti Hamdaniyah



Assalamualaikum sahabat miracle islam J, berjumpa lagi dengan blog kesayangan kita yang membahas sejarah-sejarah dinasti islam yang pernah berdiri didunia. Kali ini penulis akan membahas salah satu dinasti dari tiga dinasti kecil yang berada di kota Baghdad, yakni Dinasti Hamdaniyah. Seperti yang telah penulis sebutkan, dinasti Hamdaniyah merupakan dinasti kecil yang berdiri di bagian barat kota Baghdad, dua lainnya adalah dinasti Thuluniyah (868-901M) yang berkuasa di Mesir dan dinasti Ikhsidiyah (935-965M) yang berkuasa di Turkistan. Sedangkan dinasti Hamdaniyah sendiri berkuasa di Allepo dan Mosul. Wilayah kekuasaan dinasti Hamdaniyah yang berada di Allepo (Halb) dikenal sebagai daerah yang melindungi kesusatraan Arab dan Ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan muculnya beberapa tokoh cendekiawan besar seperti Abi al Fath dan Utsman Ibn Jinny yang menggeluti bidang Nahwu, Abu Thayyib al Mutannabi, abu Firas Husain Ibn Nashr ad daulah, Abu A’la al Ma’ari, dan Syaif  ad Daulah sendiri yang mendalami ilmu sastra, serta lahir pula filosof besar, yaitu Al- Farabi. Dinasti Hamdaniyah berdiri pada tahun 972-1152M. Dinasti ini muncul sebagai tandingan dinasti Ikhsidiyah yang berada di Turkistan. Dinasti ini didirikan oleh Hamdan bin Hamdun, yang merupakan seorang Amir dari suku Taghlib dengan gelar Abu Alhaijja. Putranya bernama Husain bin Hamdan yang merupakan panglima dari pemerintahan Abbasiyah. Hamdan bin Hamdun merupakan gubernur Mosul (Irak) yang diangkat pada tahun 905M oleh khalifah Al-Muktafi. Dalam hidupnya Hamdan pernah ditangkap oleh Khalifah dinasti Abbasiyah karena beraliansi dengan kaum khawarij untuk menentang kekhalifahan dinasti Abbasiyah. Akan tetapi Hamdan bin Hamdun diampuni oleh khalifah Abbasiyah karena putrannya menyelamatkannya. Setelah Haija wafat, tahta kerajaan Mosul diberikan kepada kedua putranya yaitu Hasan bin Abu Haijja yang bergelar Nashir ad-Daulah dan Ali bin Abu Haijja yang bergelar Syaif ad-Daulah. Ali bin Abu Haijja inilah yang berhasil menguasai daerah Halb dan Hilms yang merupakan daerah kekuasaan dinasti Ikhsidiyah dan disana ia mendirikan dinasti Hamdaniyah yang berkuasa di Halb.



Para penguasa dinasti Hamdaniyah tercatat bersimpati dengan ideology syi’ah, akan tetapi syi’ah moderat. Jauh sebelum terbentuknya dinasti Hamdaniyah, mereka telah melakukan upaya-upaya pemberontakan dan juga makar kepada kekhalifahan Abbasiyah yang pada saat itu dipimpin oleh khalifah Al-Mu’tamid, akan tetapi usaha mereka terus gagal dan tidak membuahkan hasil. Akhirnya pada saat kekhalifahan Al-Muqtadir, usaha mereka pun membuahkan hasil. Pada masa kekhalifahan Al-Muqtadir, tiga bersaudara keturunan Hamdan berhasil memperoleh jabatan-jabatan penting di dalam pemerintahan Al-Muqtadir, mereka yaitu : Abdullah bin Hamdan yang diangkat menjadi gubernur Mosul, Said bin Hamdan yang diangkat menjadi gubernur Nahwad, dan Ibrahim bin Hamdan yang diangkat menjadi gubernur suku-suku Rabi’ah. Gubernur Mosul yaitu Abdullah bin Hamdan memiliki anak yang memiliki potensi menggantikan dirinya, yaitu Abu Muhammad. Sedangkan anak lainnya Husein bin Abdullah di tempatkan di Halb (Allepo). Keduannya membuat dinasti Hamdaniyah berkembang cukup pesat, Abu Muhammad melakukan perluasan dan pertahanan daerah kekuasaanya dari bangsa Romawi dengan cara mengajukan wilayah utara Syiria menjadi wilayah kekuasaannya kepada penguasa khalifah Ikhsidiyah dengan tujuan mempermudah pengawasan apabila terjadi serangan dari bangsa Romawi. Dinasti Ikhsidiyah menyetujui hal itu dengan syarat dinasti Hamdaniyah tidak boleh melakukan penyerangan ke daerah Damaskus yang merupakan wilayah kekuasaan dynasti Ikhsidiyah. Selain itu dinasti Ikhsidiyah juga membayar upeti yang cukup banyak kepada dinasti Hamdaniyah. Selain itu, Abu Muhammad juga dapat membuat Baghdad tunduk padanya selama kurang lebih satu tahun. Dimana pada saati itu Bagdad berada pada tangan dinasti Buwaih. Abu Muhammad berhasil mengusir dinasti Buwaih dari Baghdad, akan tetapi setelah dinasti Buwaih berhasil memperoleh kekuatannya kembali, mereka pun balik mengusir dinasti Hamdaniyah dari Baghdad. Pada tahun 356M, Abu Muhammad wafat dan dua tahun kemudian , saudaranya Husein bin Abdullah juga wafat pada tahun 358M. Dengan meninggalnya dua pemimpin besar dinasti Hamdaniyah ini, kejayaan dinasti Hamdaniyah mulai redup. Karena para penguasa selanjutnya saling memperebutkan kekuasaan, sehingga menyebabkan lemahnya struktur pemerintahan dan sendi-sendi militenya.



           Terdapat beberapa factor yang menyebabkan dinasti Hamdaniyah mengalami kemunduran.
1.      Pertama, meskipun dinasti ini berkuasa di daerah yang cukup subur dan makmur serta memiliki pusat perdagangan yang strategis, sikap kebaduiannya yang tidak bertanggung jawab dan destruktif tetap ia jalankan sehingga rakyat menderita.
2.       Kedua, bangkitnya kembali Dinasti Bizantium di bawah kekuasaan Macedonia yang bersamaan dengan berdirinya dinasti Hamdaniyah di Suriah menyebabkan dinasti Hamdaniyah tidak bisa menghindari invasi serangan Bizantium yang energik sehingga Aleppo dan Himsh terlepas dari kekuasaannya.
3.       Ketiga, kebijakan ekspansionis Fatimiyah ke Suriah bagian selatan, sampai mengakibatkan terbunuhnya Said ad Daulah yang tengah memegang tampuk kekuasaan Hamdaniyah. Hingga dinasti ini jatuh ke tangan dinasti Fatimiyah