Dinasti Mamluk Mesir Part II
Assalamualaikum sahabat blogger miracle islam J kembali lagi kita di blog yang membahas tentang
sejarah peradaban islam di dunia. Pembahasan kali ini masih seputar dinasti
Mamluk yang terdapat di Mesir. Yuk mari dilihat.
Pada postingan sebelumnya, kita telah mengetahui
bahwa dinasti Mamluk Mesir dibagi menjadi dua periode, yaitu: Periode Mamluk
Bahri yang memerintah pada tahun 648 H -792 H/ 1250 M - 1389 M dan Periode
Mamluk Burji yang memerintah pada tahun 792 H - 923 H/ 1389 M - 1517M. Pada
postingan kali ini kita akan membahas terlebih dahulu tentang dinasti Mamluk
pada periode Mamluk Bahri.
Periode Mamluk Bahri (648 H - 792 H/1250 M - 1389 M)
Nama Bahri pada periode Mamluk Bahri merupakan nama
yang dinisbatkan pada sebuah tempat yang disediakan oleh Sultan Malik Shaleh
Najmuddin Ayyub kepada para Mamluk. Tempat yang disediakan oleh Sultan Malik
ini berada di sebuah pulau di tepi Sungai Nil, yaitu Pulau Raudhah. Perlu
diketahui bahwa di pulau ini sudah dilengkapi dengan senjata, pusat pendidikan,
dan latihan militer. Sejak saat itulah para Mamluk ini dikenal denga sebutan
Al-Mamalik Al-Bahriyyah (para budak lautan). Sultan Malik Shaleh memiliki
seorang istri yang bernama Syajar Ad-Dur. Setelah Sultan Malik Shaleh wafat
pada pertempuran melawan pasukan Louis IX di Dimyath, Mesir, Syajar Ad-Dur
mengambil alih kekuasaan menggantikan Sultan Malik Shaleh. Syajar Ad-Dur
sengaja menyembunyikan kematian Sultan Malik Shaleh untuk menjaga semangat
pasukan umat islam. Pada saat pengambil alihan kekuasaan, putra mahkota dari Sultan
Malik Shaleh, Turansyah sedang berada di Syam. Akan tetapi setelah Turansyah
tiba di Mesir untuk mengambil kekuasaannya, ia dibunuh oleh pengikut Syajar
Ad-Dur. Hal inilah yang menjadi keunikan dari sejarah Dinasti Mamluk dimana
adanya ambisi untuk menjadi Sultan dari seorang Mamluk wanita. Kepemimpinan
Syajar Ad-Dur ini hanya berlangsung selama 80 hari.
Akan tetapi menurut sumber lain dikatakan bahwa
setelah Sultan Al-Malik Shaleh meninggal (1249 M), anaknya Turansyah naik tahta
menjadi Sultan menggantikan ayahnya. Dengan naiknya Turansyah menjadi Sultan
membuat golongan mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat dengan
tentara asal Kurdi. Akhirnya, pada tahun 1250 M, Mamalik di bawah pimpinan Aybak
dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Setelah kejadian ini Syajar Ad-Dur
yang juga berasal dari kaum Mamluk mengambil alih kekuasaan.Kekuasaannya
berlangsung lebih kurang selama tiga bulan.
Berakhirnya kekuasaan Syajar Ad-Dur diakibatkan
adanya teguran dari Khalifah Abbasiyah di Baghdad, yang mengatakan bahwa yang
memerintah dalam roda pemerintahab adalah seorang pria dan bukan wanita. Karena
ketidaksanggupan Syajar Ad-Dur untuk menolak perintah khalifah Abbasiya, ia memutuskan untuk menikah dengan pria yang
bernama Izzudin Aybak yang kemudian menggantikan dirinya menjadi Sultan. Tujuan
pernikahan ini adalah agar Syajar Ad-Dur dapat menjalankan pemerintahan di
belakang layar. Akan tetapi Izzudin Aybak mengkhianati Syajar Ad-Dur. Ia membunuh
Syajar Ad-Dur untuk mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Setelah memegang
penuh kendali pemerintahan, Izzudin Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa
Ayyubiyah bernama Musa sebagai sultan syar’i (formalitas) di samping dirinya
sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun, akhirnya Izzudin Aybak juga mambunuh
Musa. Dengan terbunuhnya Musa menjadi tanda berakhirnya di Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan menjadi awal
berdirinya kekuasaan Dinasti Mamalik.
Izzudin Aybak resmi menjadi sultan pertama Dinasti
Mamluk Bahri. Ia berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah Izzudin
Aybak meninggal, anaknya yang bernama Ali menggantikan posisi ayahnya. Pada saat
Ali naik tahta, umur Ali masihlah sangat muda. Untuk itulah setelah dua tahun
berkuasa , Ali mengundurkan diri pada tahun 1259 M dan digantikan oleh wakilnya
yang bernama Qutuz. Pada saat Qutuz naik tahta, Baybars yang mengasingkan diri
ke Syiria, karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir. Hal
ini dikarenakan pada awal tahun 1260 M, Mesir terancam serangan bangsa Mongol
yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. Untuk itulah Baybars
kembali ke Mesir untuk menghadapi tentara Mongol. Kedua kubu bertemu di Ain
Jalut pada tanggal 13 September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz
dan Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan ini
membuat Mamalik menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya.
Penguasa-penguasa Syiria segera menyatakan setia kepada penguasa Mamalik. Perang
ini merupakan peristiwa besar dalam sejarah Islam dan merupakan kemenangan
pertama kaum muslimin atas orang-orang Mongolia. Mereka berhasil menghancurkan
mitos yang mengatakan bahwa tentara Mongol tidak pernah terkalahkan. Pusat kekhalifahan
Islam yang pada awalnya terletak di kota Baghdad berpindah di Kota Kairo. Hal ini
dikarenakan kota Baghdad telah hancur akibat serangan bangsa Mongol.
Pada saat pemerintahan Sultan Qutuz berhasil
digulingkan oleh Baybars, kerajaan mamluk makin bertambah kuat. Hal ini
ditunjukan dimana Baybars mampu berkuasa
selama tujuh belas tahun (657 H/1260 M- 676 H/ 1277 M) karena mendapat dukungan
militer. Berikut ini adalah beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh
Pemerintahan Baybars:
1.
Memmporak-porandakan
tentara Salib di sepanjang Laut Tengah dan Pegunungan Syiria. Ia juga
menaklukkan daerah Nubia (Sudan) dan sepanjang pantai Laut Merah.
2.
Menghidupkan
kembali kekhalifahan Abbasiyah di Mesir setelah Baghdad dihancurkan oleh
pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M. Baybar juga
meminta legalitas dari khalifah atas kekuasaannya, untuk mendapatkan simpati
rakyat Mesir sebagaimana Dinasti Ayyubiyah.
3.
Prestasi Baybars
dalam bidang agama, ia adalah sultan Mesir pertama yang mengangkat empat orang
hakim yang mewakili empat mazhab, ia juga mengatur keberangkatan haji secara
sistematis dan permanen. Ia juga dikenal sebagai sultan yang shaleh dalam soal
agama dan sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah.
4.
Di bidang
diplomatik, Baybars menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang bershabat dan
tidak membahayakan kekuasaannya. Ia memperbaharui hubungan Mesir dengan
Konstantinopel, serta membuka hubungan Mesir dengan Sisilia. Selain itu ia juga
menjalin ikatan perdamaian dan hubungan baik dengan Barke (Baraka) yang
merupakan keponakan dari Hulagu Khan yang telah masuk Islam dan berkuasa di
Golden Horde dan Kipchak (wilayah di bagian Barat kerajaan Mongol).
5.
Di bidang
perekonomian dan perdagangan juga mengalami kemajuan pesat yang membawa kepada
kemakmuran. Jalur perdagangan yang sudah dibangun sejak Dinasti Fathimiyah
diperluas dengan membuka hubungan dagang dengan Italia dan Perancis. Kota Kairo
menjadi kota penting dan strategis sebagai jalur perdagangan Asia Barat dan
Laut Tengah dengan pihak Barat, dan menjadi lebih penting setelah jatuhnya
Baghdad. Baybars dan beberapa sultan setelahnya memberikan kebebasan kepada
petani untuk memasarkan hasil tani mereka. Hal ini mendorong mereka untuk
meningkatkan hasil pertaniannya, sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Mesir. Bidang perhubungan darat dan laut juga menjadi lancer dengan membuat
terusan-terusan, pelabuhan, dan meng hubungkan Kairo dan damaskus dengan
layanan pos cepat. Pos cepat ini hanya memakan waktu empat hari dengan
menggunakan beberapa ekor kuda yang tersedia pada setiap stasiun di sepanjang
jalan. Selain pos dengan menggunakan kuda, juga ada pos cepat menggunakan
burung merpati yang sudah ada sejak zaman Fathimiyah.
Pada masa pemerintahan Baybars, ilmu pengetahuan
juga mengalami kemajuan pesat. Hal ini disebabkan jatuhnya Baghdad yang
mengakibatkan sebagian ahli ilmu pengetahuan melarikan diri ke Mesir. Dengan
demikian Mesir berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan,
melanjutkan perjuangan kota-kota Islam lainnya setelah dihancurkan oleh
orang-orang Mongol. Di antara cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang ketika
itu adalah sejarah, kedokteran, matematika, astronomi, dan ilmu agama.
Di bidang sejarah tercatat nama-nama beberapa pakar,
antara lain Ibnu Khalikan, Ibnu Khaldun (penulis kitab al-‘Ibar), Abu Al-Fida’,
Ibn Tagri Bardi Atabaki, Al-Maqrizi yang terkenal sebagai seorang penulis
sejarah kedokteran.
Bidang ilmu kedokteran juga mengalami kemajuan
dengan adanya penemuan-penemuan baru. Abu Hasan \Ali Nafis (w.1288) seorang
kepala rumah sakit Kairo menemukan susunan dan peredaran darah dalam paru-paru
manusia, tiga abad lebih dahulu dari Servetus (orang Portugis). Selain itu,
juga terdapat tokoh-tokoh lain, seperti Nasiruddin At-Tusi (1201-1274) seorang
ahli observatorium, dan Abu Faraj Tabari (1226-1286 M), ahli matematika.[9]
Di bidang seni arsitektur juga berkembang dengan
baik. Para sultan berlomba mendirikan bangunan-bangunan monumental yang berseni
tinggi. Bermunculanlah bangunan sekolah-sekolah, masjid-masjid yang indah dan
megah. Bangunan-bangunan tersebut ada yang masih bisa kita saksikan hingga saat
ini, seperti masjid Rifa’I dan masjid Sultan Hasan di Kairo. Mesjid ini sempat
dikunjungi presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, ketika kunjungannya ke
Mesir. Kita juga masih bisa saksikan salah satu bekas istana Mamalik di Maidan
Abbasiyah Kairo, Mesir.
Pemerintahan Mamluk selanjutnya dipimpin oleh Bani
Bibarisiyah. Diawali oleh Az-Zhahier Bibaris. Tapi tidak begitu banyak yang
berarti kerajaan Mamluk di bawah kekuasaan Bani Bibaris. Di antara sultan Bani
Bibarisiyah adalah Al-Mansur Qalawun (678 H-689 H/ 1280-1290 M) yang telah
menyumbangkan jasanya dalam pengembangan administrasi pemerintah, perluasan
hubungan luar negeri untuk memperkuat posisi Mesir dan Syam di jalur
perdagangan internasional. Sultan Mamluk yang memiliki kejayaan dan prestasi
lainnya dari garis Bani Qalawun adalah putra pengganti Qalawun, yaitu Nashir
Muhammad (696 H/1296 M).
Masa setelah Bani Qalawun, tampuk pemerintahan
Mamluk Bahri dipimpin oleh Mamluk keturunan Muhammad hingga Sembilan sultan.
Sultan terakhir dari Dinasti Mamluk berasal dari Bani Sya’baniyah, Al-Shalih
Hajj Assyraf bin Sya’ban sekitar tahun 791 H/1388 M. Ia digulingkan oleh sultan
Barquq yang menjadi cikal bakal sultan pertama pada pemerintahan Mamluk
Burji.[10]
Di antara peristiwa penting pada masa ini (pasca
Qalawun) adalah sebagai berikut:
1.
pada tahun 680 H/1281 M, Manshur Qalawun berhasil menghancurkan pasukan
Tartar dengan sangat telak.
2.
pada tahun 702 H/1312 M, An-Nashir Muhammad bin Qalawun berhasil
menaklukkan kepulauan Arwad dan mengusir orang-orang Salibis dari sana.
3.
pada tahun yang sama pasukan Tartar juga dikalahkan dengan sangat telak
pada perang Syaqhat di dekat Damaskus, ikut dalam perang ini Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar