Assalamualaikum
sahabat blogger miracle islam J, kembali lagi diblog ini yang akan
membahas seputar dinasti-dinasti islam yang pernah berdiri didunia. Pada kesempatan
kali ini, admin akan membahas tentang dinasti Mamluk. Hayoo, sahabat blogger
miracle islam pasti bertanya-tanya mengapa admin membahas kembali dinasti
Mamluk kan? Hehehe. Dinasti Mamluk yang akan admin bahas kali ini adalah
dinasti Mamluk yang berada di Mesir. Sedangkan dinasti Mamluk yang pernah admin
posting sebelumnya merupakan dinasti Mamluk yang berdiri di India. Untuk lebih
jelasnya mari simak pembahasan berikut ini J
Dinasti
Mamluk Mesir merupakan dinasti islam yang berdiri pada tahun 1250 M sampai
dengan 1517 M. Sedangkan, dinasti Mamluk yang terletak di India, berdiri pada
tahun 1206 M sampai dengan 1290 M. Terdapat kesamaan antara dinasti Mamluk
Mesir dan India. Kedua dinasti tersebut sama-sama didirikan oleh para budak. Akan
tetapi dinasti Mamluk yang terdapat di Mesir berdiri lebih lama dibandingkan
dengan dinasti Mamluk yang berada di India yaitu berdiri lebih dari dua abad setengah.
Sedangkan dinasti Mamluk India berdiri hanya kurang lebih delapan dasawarsa.
Pada pembahasan kali ini akan dibahas lebih jauh mengenai Dinasti Mamluk di
Mesir atau Daulat al-Atrak, dinasti yang
berdiri pada awal masa-masa kejatuhan umat Islam.
Seperti
yang telah kita ketahui pada postingan admin tentang dinasti delhi part I, dinasti
Mamluk merupakan dinasti yang didirikan oleh para budak, yang berasal dari
berbagai suku dan bangsa menciptakan suatu tatanan oligarki militer di wilayah
asing. Para sultan-budak ini menegaskan kekuasaan mereka atas wilayah
Suriah-Mesir, yang ini sebelumnya dikuasai tentara Salib. Selama beberapa waktu
mereka berhasil menahan laju serangan pasukan Mongol pimpinan Hulagu dan
Timurlenk.
Kata Mamluk adalah bentuk mufrad dari kata
Mamalik dan Mamlukun yang berarti budak atau hamba yang dibeli dan dididik
dengan sengaja agar menjadi tentara dan pegawai pemerintah. Seorang Mamluk
berasal dari ibu bapak yang merdeka, bukan dari budak atau hamba sahaya.
Berbeda dengan ‘abd, yang dilahirkan oleh ibu bapak yang juga berstatus sebagai
hamba yang kemudian dijual. Perbedaan lain adalah Mamluk biasanya berkulit
putih, sedangkan ‘abd berkulit hitam.
Sebagian
Mamluk berasal dari Mesir, yaitu golongan budak yang dimiliki para sultan dan
amir pada masa kesultanan Bani Ayyub. Para Mamluk Dinasti Ayyubiyah ini berasal
dari Asia Kecil, Persia, Turkistan dan Asia Tengah. Mereka terdiri dari
suku-suku bangsa Turki, Rusia, Kurdi, Syracuse dan bagian kecil dari bangsa
Eropa. Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa
Dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentaranya.
Para Mamluk ini ditempatkan pada kelompok
tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa Ayyubiyah yang
terakhir, al-Malik al-Shaleh, mereka dijadikan tentara dan pengawal untuk
menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa ini mereka mendapatkan hak-hak
istimewa, baik dalam imbalan materil maupun dalam hal ketentaraan.
Kerajaan
Mamluk dibagi menjadi dua periode berdasarkan daerah asalnya. Golongan pertama
disebut dengan Mamluk Bahri. Golongan pertama ini berasal dari kawasan Kipchak
(Rusia Selatan), Mongol, dan Kurdi. Mereka ditempatkan di Pulau Raudhah di
Sungai Nil. Di sinilah mereka menjalani latihan militer dan pelajaran
keagamaan. Karena penempatan mereka inilah mereka dikenal dengan julukan Mamluk
Bahri (budak lalut/air).
Golongan
kedua dinamakan Mamluk Burji, yang berasal dari etnik Syracuse di wilayah
Kaukakus. Dinamakan dengan istilah Burji karena Sultan Qala’un menempatkan
semua pengawalnya di benteng (al-Burj) Kairo.[8] Golongan kedua inilah yang
berhasil bertahan untuk berkuasa pada Dinasti Mamluk.
Proses
Bedirinya Dinasti Mamluk
Dinasti
Mamluk berdiri pada pertengahan abad ke-13 M. Kehadirannya memiliki hubungan
dengan dinasti sebelumnya, yaitu dinasti Ayyubiyah. Hal ini terjadi karena
orang-orang yang terlibat dalam proses pendirian dinasti Mamluk adalah
budak-budak yang bekerja untuk dinasti Ayyubiyah. Kata Mamluk sendiri bermakna
budak. Mereka pada awalnya adalah para tawanan penguasa dinasti Ayyubiyah yang
dijadikan sebagai budak, kemudian para budak tersebut diberi pendidikan militer
dan agama, untuk selanjutnya dijadikan sebagai tentaranya.
Tentara
Dinasti Mamluk
Tentara
Mamluk, pada umumnya berasal dari daerah Kaukasus dan Laut Kaspia. Di Mesir,
mereka ditempatkan di pulau Raudhah di Sungai Nil untuk menjalani latihan
militer dan keagamaan. Karena itulah, mereka dikenal dengan julukan Mamluk
Bahri (Laut). Saingan mereka dalam ketentaraan pada masa itu adalah tentara
yang berasal dari suku Kurdi.
Penguasa
dinasti Ayyubiyah mengeluarkan suatu kebijakan dengan menempatkan budak-budak
tersebut sebagai kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Pada masa
Al-Malik Ash-Shaleh, ia menerapkan hubungan simbiosis mutualisme dengan
mejadikan para tentara budak ini sebagai pengawal untuk menjamin kelangsungan
kekuasaannya. Sebagai imbalannya mereka mendapatkan hak-hak istimewa, baik
dalam penghargaan yang bersifat materil maupun dalam karier kemiliteran.
Al-Malik
Ash-Shaleh melihat tentara Mamluk
sebagai tentara yang setia dan telah menunjukan kemampuannya pada saat perang
melawan tentara Salib dan saat bersaing dengan rival-rival politiknya. Karena
sebab tersebut, loyalitas tentara Mamluk kemudian terpusat pada pribadi
Al-Malik Ash-Shaleh, bukan kepada dinasti sebagai institusi. Kita dapat melihat
tentara Mamluk lebih sebagai tentara pribadi daripada tentara militer sebuah
dinasti.
Apabila
ditelusuri lebih lanjut, berdirinya dinasti Mamluk berawal dari kekisruhan
politik setelah wafatnya Al-Malik Ash-Shaleh, penguasa terakhir dari dinasti
Ayyubiyah pada tahun 1249 M. Kemudian ia digantikan oleh anaknya yang bernama
Turansyah, yang berasal dari istrinya yang notabene bersal dari suku Kurdi.
Turansyah dianggap sebagai ancaman untuk masa depan mereka, hal ini dikarenakan
Turansyah lebih memiliki kedekatan dengan tentara asal Kurdi daripada dengan
mereka.
Pada
tahun 1250 M, tentara Mamluk dibawah komando Aybak dan Baybars berupaya untuk
melakukan kudeta politik melalui serangkaian perebutan kekuasaan, puncaknya
mereka berhasil membuhu Turansyah. Istri Al-Malik, Syajarah Al-Dur, seorang
yang juga berasal dari kalangan Budak Turki atau Armenia, ia berusaha untuk
mengambil kendali pemerintahan, dengan menjadikan dirinya sebagai sultanah
pertama, sesuai kesepakatan dengan golongan Mamluk.
Kepemimpinan
Al-Dur berlangsung tiga bulan. Ketika para amir memilih kerabatnya, yang juga
panglima utama kerajaan Izzudin Aybak sebagai sultan, ia kemudian memutuskan
menikah dengan pemimpin Mamluk tersebut dan menyerahkan tampuk kekuasaan
kepadanya sambil berharap dapat terus berkuasa di balik layar.
Selanjutnya
untuk mengambil simpati keluarga Ayyubiyah, Aybak mengangkat seorang keturuan
Ayyubiyah yang bernama Musa sebagai penguasa. Namun, Musa pada akhirnya dibunuh
juga oleh Aybak. Dengan tewasnya Musa di tangan Aybak, keberadaan dinasti
Ayyubiyah pun berakhir dan menandai awal dari kemunculan dinasti Mamluk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar