Assalamualaikum sahabat blogger miracle
islam J,
kembali lagi di blog miracle islam. Seperti biasa, setiap bulannya admin akan
memposting sejarah tentang peradaban-peradaban islam yang ada di dunia. Pada
kesempatan kali ini, kita akan membahas bagian akhir dari dinasti Ayyubiyah
part 3. Yuk mari disimak.
Pada tahun 625 H raja Jerman yakni
Frederick II mengiginkan kekuasaan atas Baitul Maqdis. Pada saat itu Sultan
al-Kamil sedang memiliki konflik sengit dengan saudaranya yaitu al-Asyraf.
Konflik antar Sultan al-Kamil dan al-Asyraf hampir menimbulkan perang saudara.
Tentunya akibat dari konflik tersebut membuat Sultan al-Kamil menyadari bahwa
posisinya akan terancam oleh Frederick II. Untuk itulah al-Kamil mebuat
perjanjian dengan Frederick II, isi perjanjian tersebut adalah :
1.
Melepaskan Baitul Maqdis
2.
Membersihkan jalan bagi kaum Kristen
menuju Akkad dan Haifa, dan
3.
Membebaskan seluruh kaum Franka yang
ditawan.
Dengan gencatan senjata yang yang
dibuatnya bersama Federick II, al-Kamil menyatukan kekuatan untuk menyingkirkan
para penguasa daerah-daerah sekitar, al-Kamil berhasil. Tidak ada lagi keluarga
Ayyub yang berani menentangnya dan tidak ada pasukan Salib yang memeranginya.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa
dinasti Ayyubiya telah berdiri dan juga berkuasa selama 90 tahun. Selama 90
tahun itulah, dinasti Ayyubiyah mempunyai sepuluh orang sultan, yaitu:
1.
Salahuddin Yusuf (1174-1193)
2.
Al-Aziz ibn Salahuddin (1193-1198)
3.
Mansur ibn al-Aziz (1198-1199)
4.
Al-Adil I Ahmad ibn Ayyub (1199-1218)
5.
Al-Kamil I (1218-1238)
6.
Al-Adil II (1238-1240)
7.
Malik al-Shalih Najmuddin (1240-1249)
8.
Muazzam Tauransyah ibn Shalih (1249)
9.
Syajarah al-Durr, istri Malik Saleh
(1249)
10.
Asyraf ibn Yusuf (1249-1250)[14]
Kemajuan-kemajuan yang disumbangkan oleh
dinasti Ayyubiyah :
A.
Bidang Pendidikan dan Arsitektur
Pada bidang pendidikan, para penguasa
Ayyubiyyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Hal ini
dibuktikan dengan dibangunnya Madrasah al-Shauhiyyah pada tahun 1239 M.
Madrasah al-Shauhiyyah didirikan dengan tujuan sebagai pusat pengajaran empat
madzhab hukum dalam sebuah lembaga madrasah. Selama pemerintahannya, masyarakat
Hijaz juga bisa merasakan pendidikan di sekolah yang seperti madrasah gagasan
Salahuddin. Di samping mendirikan sejumlah sekolah, Salahuddin juga membangun
dua rumah sakit di Kairo. Sedangkan dalam bidang arsitektur dapat dilihat pada
monumen bangsa Arab, bangunan masjid di Beirut yang mirip gereja, serta
istana-istana yang dibangun menyerupai gereja.
B.
Bidang Industri
Pada bidang industry, pada masa dinasti
Ayyubiyah terdapat beberapa pabrik gelas, pabrik karpet dan pabri kain. Selain
didirikannya pabrik-pabrik, terdapat juga kincir yang dibuat oleh orang Syiria
yang lebih canggih dibanding buatan orang Barat. Di samping itu, adanya perang
Salib telah membawa dampak positif, keuntungan di bidang industri, perdagangan,
dan intelektual, misalnya dengan adanya irigasi.
C.
Bidang perdagangan
Pada bidang perdagangan, dinasti
Ayyubiyah menerapkan sistem kerja sama dengan penguasa-penguasa muslim yang
berada diberbagai wilayah. Di samping itu, dinasti Ayyubiyah juga menggalakkan
perdagangan dengan kota-kota di Laut Tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan
sistem perpajakan. Hal ini tentunya membawa pengaruh bagi Eropa dan negara-negara
yang dikuasainya. Di Eropa terdapat perdagangan arikultur dan industri. Hal ini
menimbulkan perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat itu dunia
ekonomi dan perdangan sudah menggunakan sistem kredit bank.
D.
Bidang Militer
Selain memiliki alat-alat perang seperti
kuda, pedang, panah, dan sebagainya, Salahuddin juga memiliki burung elang
sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Ia juga membina kekuatan militer
yang tangguh dan perekonomian yang bekerja sama dengan penguasa muslim di
kawasan lain. Ia juga membangun tembok kota sebagai benteng pertahanan di Kairo
dan bukit Muqattam. Pasukannya juga diperkuat oleh pasukan Barbar, Turki, dan
Afrika.
E.
Bidang Filsafat dan Keilmuan
Bukti konkritnya adalah Adelard Of Bath
yang telah diterjemahkan, karya-karya orang Arab tentang astronomi dan
geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang kedokteran telah didirikan
sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.
Kemunduran Dinasti Ayyubiyah
Pada tahun 635 H/1238 M
Sultan al-Kamil meninggal dunia. Pada saat Sultan al-Kamil meninggal, Dinasti
Ayyubiyah mengalami guncangan oleh pertentangan-pertentangan internal kerajaan.
Pada masa pemerintahan al-Malik
al-Salih, paskan salib mengirim lebih dari 100.000 orang pasukan Salib yang
dipimpin Louis IX bertolak menuju Dimyath dan berhasil menguasainya. Saat itu,
al-Malik al-Salih tengah sakit keras. Istrinya Syajarah al-Durr, mengirim surat
kepada anaknya, (Turansyah) agar pulang ke Mesir. Ketika al-Malik al-Salih
wafat, Syajarah al-Durr merahasiakan dan menerbitkan sejumlah perintah resmi
dengan memalsukan tanda tangan al-Malik. Ia lalu mengumpulkan semua petinggi
militer dan pemerintahan untuk segera membaiat Turansyah. Setelah kokoh duduk
di kursi kekuasaan, dan berhasil mengusir pasukan Salib, Turansyah memaksa
ibunya untuk menyerahkan harta peninggalan al-Malik al-Salih. Turansyah juga
mengancam eksistensi kaum Mamalik, ini membuat kaum Mamalik marah besar dan
membunuhnya setelah tujuh tahun menjabat. Mereka lalu menunjuk Syajarah al-Durr
sebagai pengganti Turansyah. Namun kekuasaan Syajarah hanya berlangsung tiga
bulan setelah ia mengudurkan diri secara suka rela. Kaum Mamalik sepakat
mengangkat al-Asyraf Musa sebagai pengganti baru. Waktu itu al-Asyraf masih
berumur delapan tahun. Oleh karena itu, mereka menunjuk Izzudin Aybak
al-Turkumani menjadi wakil al-Asyraf untuk menjalankan urusan pemerintahan.
Pada kemudian hari, Izzudin Aybak menikahi Syajarah dan tak lama kemudian
Izzudin Aybak menggulingkan al-Asyraf dan merebut kekuasaan pusat. Dengan
demikian, berakhirlah era Dinasti Ayyubiyah di Mesir. Tak lama kemudian Dinasti
Ayyubiyah di Syam juga tunduk di bawah kekuasaan kaum Mamalik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar