Dinasti Safawi
Assalamualaikum sahabat miracle of islam, pada kesempatan kali ini
kita akan membahas kembali salah satu dinasti islam yang pernah berdiri di
Persia, yakni Dinasti Safawi. Perlu diketahui, Dinasti Safawi merupakan salah
satu dari tiga kerajaan Islam yang berkembang cukup cepat setelah adanya
kemunduran politik islam yang turun secara drastis akibat runtuhnya ke
khalifahan dinasti Abbasiyah di Baghdad, akibat serangan bangsa Mongol. Dinasti
ini berdiri pada tahun 1252-1334 M yang diambil dari nama pendirinya yaitu Safi
al-Din. Pada awalnya, dinasti safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang
berdiri di kota Ardabil, Azerbajian. Nama safawi itu terus di pertahankan
sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Setelah gerakan politik tersebut
berhasil mendirikan kerajaan, nama Safawi pun masih terus digunakan sebagai
Dinasti Safawi.
Bersamaan dengan berdirinya tarekat Safawi, berdiri pula kerajaan
Usmani yang terletak di Turki. Pada perkembanganya kerajaan Safawi sering
berselisih dengan kerajaan Usmani. Diawal artikel, dijelaskan pada saat Dinasti
Abbasiyah runtuh, terdapat tiga kerajaan islam yang berkembang cukup pesat,
ketiga kerajaan tersebut adalah kerajaan Turki Usmani, Mughal di India dan
Safawi di Persia. Kerajaan Safawi mempunyai perbedaan dari dua kerajaan
islamlainya. Kerajaan Safawi menyatakan bahwa kerajaan tersebut menganut islam
aliran syi’ah dan syi’ah itu dijadikan sebagai mazhab Negara. Sehingga kerajaan
Safawi dianggap sebagai peletak dasar pertama terbentuk Negara Iran.
Safi al-Din (pendiri dinasti safawi) merupakan keturunan Imam
syi’ah yang keenam yaitu, “Musa al-Kazim”. Berdirinya tarekat Safawi
dilatarbelakangi dengan munculnya orang-orang ingkar dan ahli bid’ah. Sehingga
tarekat Safawi bertujuan untuk memerangi orang-orang tersebut. Setelah tarekat
ini mengubah bentuk menjadi gerakan keagamaan, tarekat ini menjadi semakin
penting. Sebelumnya tarekat ini merupakan pengajian tasawuf murni. Tarekat
ini sangat berpengaruh di Persia, Syria
dan Anatolia. Di Negara-negara di luar Ardabil, Safi menempatkan seorang wakil
yang memimpin murid-muridnya. Wakil-wakil tersebut diberi gelar Khalifah. Dalam
perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadap
ajaran-ajarannya. Hal ini ditandai dengan kuatnya keinginan mereka untuk
berkuasa karena dengan berkuasa mereka dapat menjalankan ajaran agama yang
telah mereka yakini (ajaran Syi'ah). Karena itu, lama kelamaan murid-murid
tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan
menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah.
Pada masa Juneid (raja kelima dinasti safawi), tarekat ini mulai
masuk kedalam dunia politik. Masuknya tarekat Safawi ke dalam dunia politik
menimbulkan konflik dengan para penguasa Kara Konyulu atau yang di kenal dengan
Domba Hitam yang merupakan salah satu
suku Turki yang berkuasa di wilayah tersebut. Dalam konflik tersebut, Juneid
kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini dia mendapat
perlindungan dari penguasa diyar bakr, ak-Koyunlu (domba putih), yang juga
merupakah salah satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang
ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
Selama dipengasingan, Juneid tidak tinggal diam. Ia dapat
menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan uzun hasan.
Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun hasan. Pada
tahun 1459M. Juneid mencoba merebut Ardabil tetapi gagal. Pada tahun 1460M, ia
mencoba merebut Sircasia tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan.
Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut. Ketika itu anak Juneid yaitu
Haidar masih kecil dan dalam asuhan uzun
hasan. Karena itu kepemimpinan gerakan safawi baru bisa diserahkan kepadanya
secara resmi pada tahun 1470M. Setelah
Haidar tumbuh dewasa, Haidar mengawini salah satu anak dari Uzun Hasan.
Pernikahan tersebut membuat hubungan Haidar dan Uzun Hasan semakin erat. Dari
perkawinan itu lahirlah Ismail yang dikemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi
di Persia.
Pada tahun 1476M, Ak Koyunlu meraih kemenagan perang terhadap Kara
Koyunlu, hal ini membuat gerakan militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar
sebagai ancaman politik oleh Ak Koyunlu untuk meraih kekuasaan selanjutnya.
Padahal, sebagaimana telah disebutkan, Safawi adalah sekutu Ak Koyunlu. Ak
Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Safawi karena itu, ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan. AK
koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar
kalah dan Haidar sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Ali, putra dan
pengganti Haidar, didesak oleh bala tentaranya untuk menuntut balas atas
kematian ayahnya, terutama terhadap AK koyunlu, tetapi Ya’kub pemimpin Ak
koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya Ibrahim dan Ismail
serta ibunya, di fars selama empat setengah tahun (1489-1493M). Mereka
dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota Ak koyunlu, dengan syarat mau membantunya
memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara sepupu Austam dapat dikalahkan.
Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Akan tetapi pada tahun 1494M Ali terbunuh
dalam peperangan yang dilatarbelakangi oleh Rustam yang berbalik memerangi Ali
bersaudara. Kepemimpinan gerakan Safawi, selanjutnya berada di tangan Ismail,
yang saat itu masih berusia tujuh tahun, selama lima tahun ismail beserta
pasukannya bermarkas di gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan
dengan para pengikutnya di Azerbaijan, syria, dan anatolia. Pasukan yang dipersiapkan
itu dinamai Qizilbash (baret merah).
Dibawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash
menyerang dan mengalahkan Ak koyunlu di sharur, dekat Nakhchivan. Pasukan ini
terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK koyunlu dan
berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota ini ismail memproklamirkan dirinya
sebagai raja dinasti Safawi dengan ini resmilah berdiri sebuah dinasti baru
ditanah Persia.
Pemimpin-pemimpin Kerajaan Safawi sebelum terbentuk Dinasti :
1.
Safi
Al-Din (1252-1334 M)
2.
Sadar
Al-Din Musa (1334-1399 M)
3.
Khawaja
Ali (1399-1427 M)
4.
Ibrahim
(1427-1447 M)
5.
Juneid
1447-1460 M)
6.
Haidar
1460-1494 M)
7.
Ali
(1494-1501 M)
Setelah berdirinya Dinasti Safawi :
1.
Ismail
(1501-1524 M)
2.
Tahmasp
I (1524-1576 M)
3.
Ismail
II (1576-1577 M)
4.
Muhammad
Khudabanda (1577-1787 M)
5.
Abbas
I (1588-1628 M)
6.
Safi
Mirza (1628-1642 M)
7.
Abbas
II (1642-1667 M)
8.
Sulaiman
(1667-1694 M)
9.
Husen
(1694-1722 M)
10.
Tahmasp
II (1722-1732 M)
11.
Abbas
III (1732-1736 M)
Masa Kejayaan Dinasti Safawi
Kerajaan Safawi mengalami puncak kejayaan pada Masa Abbas I, pada
awal kepempimpinannya ia melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menghilang
dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan membentuk pasukan baru
yang beranggotakan budak-budak yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia,
Armenia dan Sircassia.
2.
Mengadakan
perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan cara Abbas I berjanji tidak akan
menghina tiga khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar, Ustman) dalam
khotbah Jumatnya.
Langkah tersebut membuat dinasti Safawi menjadi kuat kembali dan
memperoleh masa kejayaan nya. Berikut ini salah satu kejayaan dinasti Safawi :
·
Bidang
Politik dan Pemerintahan
terwujudnya
integritas wilayah Negara yang luas yang dikawal oleh suatu angkatan bersenjata
yang tangguh dan diatur oleh suatu pemerintahan yang kuat, serta mampu
memainkan peranan dalam percaturan politik internasional.
·
Bidang
Ekonomi
Kerajaan
Safawi pada masa Syah Abbas mengalami kemajuan dibidang ekonomi, terutama
industri dan perdagangan. Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I
ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah
kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas.
·
Bidang
Ilmu Pengetahuan
Menurut
Hodhson, ada dua aliran filsafat yang berkembang pada masa Safawi tersebut.
Pertama, aliran filsafat “Perifatetik” sebagaimana yang dikemukakan oleh
Aristoteles dan Al-Farabi. Kedua filsafat Isyraqi yang dibawa oleh Syaharawadi
pada abad ke XII. Kedua aliran ini banyak dikembangkan di perguruan Isfahan dan
Syiraj. Di bidang filosof ini muncul beberapa orang filosof diantaranya
Muhammad Baqir Damad (W. 1631 M) yang dianggap guru ketiga sesudah Aristoteles
dan Al-Farabi, tokoh lainnya misalnya Mulla Shadra yang menurut sejartah ia
adalah seorang dialektikus yang paling cakap di zamannya.
Kemunduran Dinasti Safawi
Setelah Abbas I Wafat,
kerajaan Safawi mengalami kemunduran. Faktor-faktor yang mempengaruhi mundurnya
kerajaan Safawi antara lain sebagai berikut :
1.
Konflik
panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh perbedaan mazhab
antar kedua kerajaan. Bagi Kerajaan Usmani, berdirinya Kerajaan Safawi yang
beraliaran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya.
Konflik antara kedua kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun konflik itu
pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian antara keduanya pada masa
Raja Shah Abbas I, namun tak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut,
dan setelah itu dapat dikatakan tida ada lagi perdamaian antara kedua kerajaan
besar Islam itu.[29]
2.
Adanya
dekadensi moral yang melanda sebagaian para pemimpin Kerajaan Safawi.
3.
Pasukan
Ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I tidak memiliki semangat perang yang
tinggi seperti Qilzibash (baret merah) hal ini dikarenakan pasukan tersebut
tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani.
Seperti yang di alami oleh pasukan Qilzibash, sementara anggota pasukan
Qilzibash yang baru tidak memiliki militansi dan semangat yag sam,a dengan
anggota Qilzibash sebelumnya.
4.
Seringnya
terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar