Dinasti
Samaniyah
Assalamualaikum
sahabat blog miracle of islam, pada kesempatan kali ini saya akan membahas
kembali dinasti Islam yang pernah berdiri. Semoga sahabat blog tidak bosan
dengan sejarah tentang berdirinya dinasti islam di dunia. Kali ini saya akan
membahas dinasti Samaniyah. Dinasti Samaniyah memiliki kesamaan dengan dinasti
Aghlabiyah yang terletak Maroko, yakni berdiri pada saat dinasti Abbasiyah
masih berkuasa. Meskipun dinasti ini berdiri, akan tetapi dinasti Samaniyah
masih tunduk kepada pemerintahan dinasti Abbasiyah yang terletak di Baghdad.
Dinasti Samaniyah terletak di sebelah timur Baghdad ini berdiri pada tahun 203
H/819 M - 395 H/1005 M. Dinasti Samaniyah dikenal juga dengan dinasti pertama
di Iran Raya dan Asia tengah.
Nama dari
dinasti Samaniyah berasal dari kakek khalifah pertama dinasti Samaniyah
(Khalifah Ahmad bin Asad bin Saman) yakni Saman khuda yang merupakan keturunan
bangsawan terkenal di Balkh. Sejarah mencatat bahwa Saman Khuda memeluk agama
Islam pada masa ke khalifah Hisyam bin Abdul Malik (Khalifah kesepuluh dinasti
Ummayah). Setelah Saman Khuda memeluk agama islam, keturunan nya pun
mengabdikan diri kepada penguasa-penguasa Islam. Hal ini terus berlangsung
hingga pada Masa Khalifah Al-Ma’mun (Khalifah Abbasiyah ketujuh). Pada saat
Khalifah Al-Ma’mun berkuasa (198-218 H/813-833 M) terdapat empat orang cucu
keturunan Saman Khuda memiliki kekuasaan penting pada pemerintahan Abbasiyah.
Keempat cucu tersebut yaitu :
1.
Ahmad
bin Asad yang menjadi Gubernur Farghana (Turkistan) dan Transoksania.
2.
Ilyas
yang menjadi Gubernur di Harat, Afghanistan
3.
Nuh
yang menjadi Gubernur di Samarkhand
4.
Yahya
bin Asad yang menjadi Gubernur di Asyrusanah (daerah utara Samarkhand) serta
Shash
Perlu diketahui
dari keempat cucu tersebut, Ahmad bin Asad lah yang merintis berdirinya dinasti
Samaniyah di Farghana. Selama dinasti Samaniyah berdiri, dinasti ini memilik
dua belas khalifah yang pernah memimpin dinasti ini. Mereka itu adalah :
1.
Ahmad
bin Asad yang merupakan Gubernur Farghana (204 H/819M)
2.
Nasr
bin Ahmad yang merupakan salah satu orang kepercayaan pemerintahan dinasti
Abbasiyah sekaligus putra dari Ahmad bni Asad (250H/864M). Nasr bin Ahmad dapat
dikatakan sebagai pendiri dinasti Samaniyah yang sebeneranya. Hal ini
dikarenakan Nasr bin Ahmad diberi kepercayaan oleh khalifah ke Al-Mu’tamid
untuk memerintah seluruh daerah Khurasan dan Transoksania. Philip
K. Hitti pun mengungkap kan berdirinya dinasti terjadi pada masa Nasr bin
Ahmad. Philip K. Hitti berkata :
“The Samanids of Transoxiana and Persia (874-999) were descendend
from Saman, a Zoroastrian noble of Balkh. The fouder of the dynasty was Nasr
Ibn Ahmad. (874-92), a great grandson of Saman, but the one who established its
power was Nasr’s brother Ismail (892-907), who in 900 wrested Khurasan from
Tahirids, the Samanids uder Nasr II Ibn Ahmad (913-43), fouth in the line,
extended their kingdom to its greatest limits, including under their sceptre
Sijistan, Karman, Jurjan, Ar-Rayy and Tabaristan.”
Selain itu yang melatar belakangi berdirinya dinasti ini adalah
kecenderungan masyarakat Iran untuk melepaskan diri dari Baghdad. Pada masa
Nasr bin Ahmad, Ibu Kota Dinasti Samaniyah terletak di Khurasan sebelum
akhirnya dipindahkan ke Bukhara oleh saudara nya, yakni Ismail bin Ahmad.
3.
Ismail
bin Ahmad yang juga merupakan anak dari Ahmad bin Asad dan juga salah seorang
kepercayaan pemerintah dinasti Abbasiyah (279H/892M). Ismail bin Ahmad yang
semula dijadikan gubernur Bukhara oleh Khalifah Al-Mu’tamid. Pada masa
kepempimpinan Ismail bin Ahmad ibu kota dinasti Samaniyah yang awalnya terletak
di Khurasan di pindahkan ke Bukhara. Terdapat 3 hal penting yang dilakukan oleh
Ismail bin Ahmad selama menjadi Khalifah, yaitu :
·
Memperkukuh
kekuasaan serta mengamankan wiayah kekuasaannya dari suku Turki.
·
Membenahi
administrasi pemerintahan.
·
Memperluas
wilayah hingga ke Rayy (Iran) dan Tabaristan (Iran).
Khalifah Ismail bin Ahmad dikenal sebagai khalifah yang mencintai
imu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dimana ia sangat memuliakan ilmuan. Selain
itu Ismail bin Ahmad merupakan sosok yang adil terhadap rakyatnya.
4.
Ahmad
bin Ismail (295 H/907 M), merupakan putra dari Ismail bin Ahmad.
5.
Al-Amir
as-Sa’id Nasr II (301 H/914 M), merupakan putra dari Ahmad bin Ismail. Pada
masa kepempimpinannya, ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan hingga
Sijistan, Karman, Jurjan,Tabaristan, Khurasan dan Transoksania. Al-Amir as-Said
Nasr II merupakan khalifah terakhir yang mampu melakukan perluasan wilayah,
karena khalifah-khalifah setelah tidak mampu melakukan hal tersebut.
6.
Al-Amir
al-Hamid Nuh I (331 H/943 M)
7.
Al-Amir
al-Mu’ayyad Abdul Malik I (343 H/954 M)
8.
Al-amir
as-Sadid Manshur I (350 H/961 M)
9.
Al-Amir
ar-Ridha Nuh II (365 H/976 M)
10. Mansur II (387 H/997 M)
11. Abdul Malik II (389 H/999 M)
12. Ismail II Al-Muntashir (390-395H/1000-1005 M)
Pada saat
dinasti Samaniyah berdiri terdapat banyak sekali kemajuan-kemajuan dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan. Selain itu terdapat pula tokoh-tokoh terkenal
dalam dunia pengetahuan, seperti Ibnu Sina, Al-Firdausi,Ummar Kayam, Al-Bairuni
dan Zakaria Al-Razi. Seperti halnya dinasti Abbasiyah, dinasti Samaniyah juga
sangat maju dalam hal ilmu pengetahuannya baik itu ilmu sains maupun ilmu
keislaman. Hal ini dapat ditunjukan dimana buku-buku yang terdapat di
perpustakaan dinasti Samaniyah (Bukhara) tidak dapat dijumpai di tempat lain.
Ini menunjukan bahwa betapa tingginya peradaban umat manusia pada masa dinasti
Samaniyah.
Setelah satu
setengah abad dinasti Samaniyah berdiri, terdapat tanda-tanda keruntuhannya.
Hal ini disebabkan oleh sikap fanatic kesukuan yang cukup tinggi. Dimana ketika
imigran Turki berada dalam posisi pemerintahan, di turunkan karena faktor
kesukuan. Hal ini yang mendorong bangsa Turki menyerang dinasti ini. Pada saat
penyerangan, Khalifah terakhir dinasti Samaniyah yakni Ismail II Al-Muntashir
tidak mampu mempertahankan wilayahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar