Dinasti Idrisiyah
Assalamualaikum sahabat blog miracle islam, pada kesempatan kali
ini saya akan membahas kembali tentang sejarah dinasti islam yang pernah
berkuasa. Sebelumnya kita telah membahas dinasti Ummayah dan dinasti Abbasiyah,
selanjutnya kita akan membahas tentang dinasti Idrisiyah.
Sejarah terbentuknya Dinasti Idrisiyah
Dinasti Idrisiyah berdiri di Maroko yang mana dinasti ini merupakan
dinasti islam pertama yang menganut aliran syiah. Perlu diketahui bahwa dinasti
ini muncul pada tahun 172 H /789 M yang mana dinasti Abbasiyah masih berkuasa
yang pada saat itu kekuasaan dinasti Abbasiyah berada ditangan khalifah Sulaiman
Al-Hadi dan Harun Ar-Rasyid. Pendiri dinasti Idrisiyah adalah Idris bin
Abdullah bin Hasan bin Ali bin Abu Thalib. Sehingga beliau merupakan cucu dari
Hasan bin Ali bin Abu Thalib. Sebagaimana yang kita ketahui, dinasti Abbasiyah
terbentuk karena adanya dukungan dari kelompok awaliyun dan syiah yang membantu
meruntuhkan dinasti Ummayah, akan tetapi setelah bani Abbas mendirikan dinasti
Abbasiyah, mereka mengkhianati kedua kelompok tersebut. Puncak permusuhan pun
terjadi pada saat Khalifah Al-Hadi naik takhta menggantikan ayahnya yaitu
khalifah Al-Mansur. Khalifah Al-Hadi menangkap dan memenjarakan orang-orang
dari kelompok syiah dengan alasan tidak loyal kepada pemerintahan dinasti
Abbasiyah, hal ini lah yang mendorong kelompok-kelompok yang sebelumnya pro
dengan dinasti Abbasiyah menjadi kontra terhadap pemerintahan dinasti
Abbasiyah. Idris pun ikut dalam pemberontakan melawan khalifah Al-Hadi.akan
tetapi pada tanggal 3 zulhijjah saudara Idris terbunuh dalam suatu pertempuran
yang terjadi di dekat Mekah dan pada saat itu pula Idris menghilang. Akan
tetapi setelah beberapa saat Idris muncul di Maroko. Di Maroko ia disambut baik
oleh pemimpin salah satu suku bangsa barbar yaitu Ishaq bin Muhammad (pempimpin
suku Aurabah). Pada bulan Ramadan 172 H, atas kehendak Ishaq, Idris dipilih
menjadi pemimpin suku Aurabah, kemudian diikuti oleh kabilah-kabilah lain yang
menghuni kawasan yang sekarang dikenal dengan Marakisy. Hal ini dikarenakan
Idris dapat menyakinkan bahwa ia merupakan keturunan dari Hasan bin Ali. Setelah
terpilih jadi pemimpin bangsa Barbar, Idris kemudian melakukan penyerangan
terahadap kabilah-kabilah Yahudi, Nasrani, dan paganisme yang mendiami daerah
Tamisna, dan berhasil mengalahkan kabilah-kabilah tersebut dengan mudah.
Kemudian sekitar tahun 173 atau 174 H (789 atau 790 M) dia melakukan invasi ke
arah timur, dimana berhasil menundukkan kota Tilmisan (Agadir) yang pada saat
itu dipimpin oleh Muhammad bin Khayir. Idris kemudian menetap beberapa waktu di
Tilmisan, dan pada bulan Safar 174 H, ia membangun sebuah masjid, dimana mimbar
masjid tersebut yang di atasnya terukir namanya masih ada hingga zaman Ibn
Khaldun. Setelah khalifah Al-Hadi digantikan oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid,
khalifah Harun Ar-Rasyid berencana melakukan penyerangan terhadap dinasti
Idrisiyah guna mengamankan posisinya. Akan tetapi karena letak dinasti
Idrisiyah yang cukup jauh, menjadikan khalifah Harun Ar-Rasyid mengurungkan
niatnya. Atas saran dari Yahya Barmaki, Khalifah Harun Ar-Rasyid mengirim
Sulaiman bin Jarir untuk menjadi mata-mata serta membunuh Idris dengan cara
meracuninya. Rencana tersebut berhasil membuat Idris terbunuh pada tahun 177H/
16 Juli 793 M. Dengan terbunuh Idris, tak lantas membuat dinasti Idrisiyah
runtuh. Hal ini dikarenakan bangsa Barbar telah sepakat untuk mengikrarkan
janji membuat kerajaan yang independen. Sehingga pada saat anak Idris lahir,
mereka mengikrarkan sumpah setia dan memberi nama anak tersebut Idris sama
seperti halnya dengan ayahnya. Pada tahun 177 H/793 M Idris bin Idris bin
Abdullah (Idris II) datang menggantikan ayahnya sebagai amir. Pada masa
kepemimpinannya Dinasti Idrisiyah berkembang pesat. Pusat pemerintahan yang
semula dari Walila dipindahkan ke Fes sebagai ibukota baru (192 H.). Dengan
demikian, Idris II inilah yang dianggap sebagai pendiri yang sebenarnya Dinisi
Idrisiyah.
Dengan berdirinya Dinasti Idrisiyah di Afrika Utara, maka pusat
kekuasaan Islam telah terbagi kepada tiga kawasan, yaitu:
1.
Bani
Umaiyyah di Spanyol
2.
Syi’ah
di Magrib (Maroko), dan
3.
Abbasiyah
di daerah sisanya di Timur Tengah.
Selama dinasti Idrisiyah berdiri mereka memiliki tiga belas orang
raja, yaitu
1.
Idris
bin Abdullah bin Hasan bin Abdul Thalib / Idris I (788-793 M)
2.
Idris
bin Idris bin Abdullah / Idris II
(793-828 M)
3.
Muhammad
Al-Muntasir bin Idris (828-836 M)
4.
Ali
bin Muhammad / Ali I (836-849 M)
5.
Yahya
bin Muhammad / Yahya I (849-863 M)
6.
Yahya
bin Yahya / Yahya II (863-866 M)
7.
Ali
bin Umar / Ali II (866 M)
8.
Yahya
bin Al-Kasim / Yahya III (849-904 M)
9.
Yahya
bin Idris bin Umar / Yahya IV (904-922 M)
10.
Hasan
Al- Hajjam bin Muhammad bin Al Kasim (925-927 M)
11.
Kasim
Al Ghannun bin Muhammad bin Al Kasim (927-948 M)
12.
Abu
Aysh Ahmad bin Kasim (948-954 M)
13.
Hasan
bin Kasim Ghannun (954-974 M)
Runtuhnya dinasti Idrisiyah di awali akibat adanya serangan dari
dinasti Fathimiyah di Mesir dan Bani Ummayah di Cordova, Andalusia. Hal ini
membuat dinasti Idrisiyah hancur. Puncak keruntuhan dinasti Idrisiyah terjadi
akibat serangan mematikan dari dinasti Ummayah yang pada saat itu di pimpin
oleh khalifah Al- Hakam II (961-967 M). Selama berdirinya dinasti Idrisiyah,
terdapat banyak peninggalan-peninggalan seperti uang, pembangunan saluran air,
masjid dan juga istana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar