Dinasti
Fatimiyah
Assalamualaikum sahabat blog miracle
islam J
kembali lagi kita akan membahas salah satu dinasti islam yang pernah berdiri
didunia. Kali ini kita akan membahas sejarah lengkap tentang dinasti Fatimiyah.
Pasti kalian semua penasaran bukan? Mari kita simak pembahasan dibawah ini.
Perlu kalian ketahui, bahwa dinasti
Fatimiyah awalnya merupakan sebuah dinasti kecil yang melepaskan diri dari
daulah Abbasiyah di Baghdad. Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya, dinasti
Fatimiyah menjadi salah satu dinasti terbesar islam yang pernah berdiri di
dunia loh. Hal ini dibuktikan bahwa dinasti ini mampu berdiri hingga dua abad
lamanya sebelum akhirnya dinasti ini runtuh oleh serangan Salahudin Al-Ayyubi
yang merupakan seorang jenderal dan pejuang muslim kurdi dari Tirkit (Irak) dan
juga merupakan pendiri dinasti Ayyubiyah.
Nama
Fatimiyah yang terletak pada dinasti
ini berasal dari nama Fatimah yang merupakan anak dari Nabi Muhammad SAW. Nama
Fatimah diambil karena para pengikut dinasti ini, mengikuti silsilah keturunan
Fatimah Az-zahra. Dinasti Fatimiyah juga merupakan dinasti beraliran syi'ah
yang mengikuti konsep syi'ah keturunan dati Ali bin Abi Thalib dan Fatimah.
Selain dikenal dengan nama dinasti Fatimiyah, dinasti ini juga dikenal dengan
nama dinasti Ubaidah yang diambil dari nama pendirinya yaitu Abu Muhammad
Ubaidillah Al-Mahdi (297 M-332 M). Terbentuknya dinasti Fatimiyah membuat dunia
islam berada dibawah 3 penguasa besar, yaitu Dinasti Abbasiyah yang terletak di
Baghdad, Dinasti Ummayah yang terletak di Cordova dan Dinasti Fatimiyah yang
terletak di Al-Mahdiah.
Abu Muhammad Ubadillah Al-Mahdi
merupakan pendiri dinasti Fatimiyah sekaligus khalifah pertama dinasti
Fatimiyah. Selama kurang lebih 25 tahun memimpin dinasti Fatimiyah ( 909 M- 934
M) ia membuktikan bahwa dirinya merupakan penguasa cakap dalam memimpin. Hal ini dibuktikan dengan memperluas wilayah
kekuasannya hampir meliputi seluruh wilayah Afrika, mulai dari Maroko yang
dikuasai Idrisiyah hingga perbatasan Mesir. Pada tahun 914, dia berhasil
menguasai Iskandariyah, dua tahun berikutnya wilayah delta berada dalam
kekuasaannya. Kemudian dia mengirimkan seorang gubernur Baru dari suku Kitamah
ke Sisilia dan menjalin pertemanan dengan pemberontak Ibn Hafshun di Spanyol.
Malta, Sardinia, Corsica, Balearic dan pulau-pulau lainnya pernah merasakan
kedahsyatan armada yang diwarisi dari dinasti Aghlabiah. Sekitar 920, ia
memindahkan pusat pemerintahannya ke
ibukota baru al Mahdiyah yang didirikan di pesisir Tunisia, sekitar 27,2
kilometer ke arah tenggara kota Kairawan, dan dinamai dengan namanya sendiri.
Setelah
Abu Muhammad Ubaidillah Al-Mahdi wafat, kepempimpinan dinasti Fatimiyah diambil
alih oleh putrannya yang bernama Abu Al-Qasim Muhammad Al-Qaim yang memerintah
pada tahun 934 M - 946 M. Selama Abu Al-Qasim memimpin, yang menjadi fokus
kebijakan pemerintahannya adalah perluasan wilayah. Hal ini dibuktikan pada
tahun 934 M - 935 M ia mampu menaklukan Genoa dan sepanjan pesisir Calabria.
Abu Al-Qasim juga berencana menaklukan Mesir, akan tetapi usahanya tersebut
tidak membuahkan hasil. Penaklukkan Mesir baru berhasil dilakukan Abu Tamim
Ma’ad al-Mu’iz yang merupakan cucu dari Abu Al-Qasim Muhammad Al-Qaim. Abu
Tamim Ma'ad Al-Muiz berkuasa pada tahun 952 M - 975M. Penyerbuan ke Mesir itu didahului
dengan penyerbuan pantai Spanyol, yang pada saat itu dipimpin oleh Al-Nashr.
Tentara Fatimiyah kemudian maju menuju Atlantik tiga tahun kemudian. Hingga
pada tahun 969 M Mesir dapat direbut dari kekhalifahan dinasti Ikhsidiyah.
Pahlawan
penting dalam penyerbuan ini adalah Jawhar al-Shiqilli berkebangsaan Sisilia
atau Yunani.
Perlu diketahui
dinasti Ikhsidiyah merupakan bagian
Dinasti Abbasiyah yang berkuasa di Mesir dan Suriah 323 M - 58 H/935 M - 69 H,
yang saat ditaklukkan oleh Jenderal
Fathimiyah Jawhar pada tahun 969 M, ikhsidiyah
berpusat di Fusthat dipimpin oleh Ahmad ibnu Kafur yang lemah (968-969).
Sejak
kemenangannya atas ibu kota Fusthat pada tahun 969, Jawhar kemudian mendirikan
Masjid Agung al-Azhar pada tahun 972 M, yang dikemudian hari oleh Khalifah Abu
Al- Manshur Nizar Al-Aziz dikembangkan menjadi universitas besar. Perlu
diketahui bahwa ketika Abu Al- Manshur nizar Al-Aziz memimpin dinasilti Fatimiyah mencapai masa
kejayaannya. Dimana pada saat itu, dinasti Fatimiyah diliputi dengan kedamaian.
Bahkan Khalifah Abu al-Manshur Al-Aziz selalu diagungkan di setiap khutbah
jum'at. Kemudian Jawhar membuat markas baru dengan nama al-Qahirah. Sejak 973
M., kota ini Kairo modern kemudian menjadi pusat kota dinasti Fatimiyah. Pada
tahun yang sama (969 M.), setelah merasa kedudukannya di Mesir kokoh, Jawhar
melirik negara tetangganya Suriah dan mengirimkan seorang panglima perang yang
berhasil menaklukkan kota Damaskus.
Seperti
yang telah disebutkan diatas bahwa puncak kejayaan dinasti Fatimiyah dicapai pada masa pemerintahan Abu al-Manshur
Nizar al-Aziz (975 M- 996 M). Pada saat itu kekuasaan dinasti Fatimiyah
terbentang dari Atlantik hingga Laut Merah, Yaman, Mekah, Damaskus, bahkan
Mosul. Ia adalah khalifah Fathimiyah yang kelima dan khalifah pertama yang
memulai pemerintahan di Mesir. al-Aziz berhasil menempatkan dinasti Fatimiyah
sebagai negara Islam terbesar di kawasan Mediterania Timur, bahkan berhasil
menenggelamkan pamor penguasa Bagdad. al-Aziz rela menghabiskan dua juta dinar
untuk membangun istana yang tidak kalah megah dari istana Abbasiyah. al-Aziz
merupakan khalifah yang paling bijaksana
dan murah hati diantara para khalifah Fatimiyah.14
Kemakmuran dan kejayaan dinasti Fatimiyah dapat dilihat dari keadaan pekerja istana kerajaan pada
saat itu berjumlah 12.000 orang pelayan, 10.000 pengurus kuda dan 8.000
pengurus yang lain. Kedamaian pada saat itu tergambar dengan tidak terkuncinya
toko perhiasan dan toko money changer,
bahkan khalifah al-Aziz memiliki 20.000 rumah di ibu kota yang dibangun
menggunakan batu bata dengan ketinggian lima atau enam lantai.
Setelah Abu al-Manshur
Nizar Al-Aziz wafat dan digantikan oleh anaknya yaitu Abu ‘Ali al-Mansur al-Hakim bi-Amr Allah
(996M – 1021 M) yang pada saat menggantikan ayahnya masih berumur belasan
tahun. Pada saat penggatian kekuasaan inilah yang menjadi titik awal kegoyahan
dinasti Fatimiyah. Pada saat Abu Ali al-Mansur al-Hakim bi-Amr Allah menjadi
khalifah, ia berada dibawah pengaruh seorang gubernur yang bernama Barjawan
yang menjadi tokoh utama dalam kepempimpinan khalfiah Abu Ali al-Mansur
al-Hakim. Akan tetapi dikemudain hari, Barjawan dihukum mati oleh al-Hakim
karena penyalahgunaan kekuasaan. Selama menjabat, al-Hakim membuat
kebijakan-kebijakan yang menakutkan. Pada saat ia memerintah, ia membunuh
beberapa wasir, menghancurkan beberapa gereja, menghancurkan kuburan suci umat
Kristen (1009 M.), menetapkan aturan ketat terhadap non-Islam dengan menjadikan
Islam eksklusif dari agama lain seperti pakaian dan identitas agama. Aturan-aturan
yang merugikan non-Islam diberlakukan sehingga mulailah timbul ketidaksenangan.
Puncak kemunduran dinasti Fatimiyah terjadi pada khalifah
Fatimiyah yang keempat belas yaitu al-Adhid, berumur sembilan tahun ketika naik
tahta. Pada masa ini kehidupan masyarakat yang sangat sulit, sumber kehidupan
tinggal aliran sungai Nil, kelaparan dan wabah penyakit yang sering terjadi,
akhirnya berimplikasi pada pajak yang tinggi dan pemerasan untuk memuaskan
kebutuhan khalifah dan angkatan bersenjatanya yang rakus. Keadaan semakin parah
dan rumit dengan datangnya pasukan perang Salib dan serangan dari Almaric, Raja
Yerusalem pada tahun 1167 M telah berdiri di pintu gerbang Kairo. Akhirnya
Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun 1171 menurunkan khalifah Fatimiyah yang terakhir
dari tahtanya.27 Setelah menaklukkan
khalifah Fatimiyah terakhir Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi mendirikan Dinasti
Ayyubiyah yang berpusat di Kairo Mesir dari tahun 1174 M-1252 M
Berikut ini adalah nama-nama khalifah yang
pernah memimpin dinasti Fatimiyah yang berpusat di Al-Mahdiyah :
1. Khalifah Ubaidilah Al-Mahdi (909-934),
pendiri Dinasti Fatimiyah.
2. Abu al-Qasim
Muhammad al-Qa’im bi Amr Allah bin al-Mahdi Ubaidillah (934-
946).
3. Isma’il al-Mansur bi-llah (946-952).
4. Abu Tamim Ma’add al-Mu’iz li-Din Allah (952 M
– 975) M. Mesir ditaklukkan
semasa pemerintahannya.
5. Abu Mansur Nizar al-‘Aziz bi-llah (975 M –
996 M).
6. Abu ‘Ali al-Mansur al-Hakim bi-Amr Allah
(996M – 1021 M).
7. Abu’l-Hasan ‘Ali al-Zahir li-I’zaz Din Allah
(1021 M – 1036 M).
8. Abu Tamim Ma’add al-Mustanhir bi-llah (1036 M
– 1094 M).
9. Al-Musta’li bi-Allah (1094 M-1101 M).
10. Al-Amir bi Ahkam Allah (1101 M – 1130 M)
11. Abd al-Majid (1130 M – 1149 M).
12. Al-Wafir (1149 M – 1154 M).
13. Al-Fa’iz (1154 M – 1160 M).
14. Al-‘Adid (1160 M – 1171 M)
Pada
masa kekhalifahan Al-Adid, dinasti Fatimiyah mengalami kehancuran setelah
berdiri kurang lebihh dua abad lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar